Menyongsong Pernikahan Agung (1)

By nova.id, Selasa, 11 Oktober 2011 | 23:09 WIB
Menyongsong Pernikahan Agung 1 (nova.id)

Menyongsong Pernikahan Agung 1 (nova.id)
Menyongsong Pernikahan Agung 1 (nova.id)

"Foto: Kartika Santi/Dok NOVA "

Kereta Kyai Jongwiyat

Salah satu keistimewaan pernikahan ini, mempelai akan melakukan kirab dengan mengendarai kereta kencana. Meski belum ada kepastian mengenai kereta yang akan membawa pasangan mempelai dari keraton menuju Bangsal Kepatihan Danurejan yang berlokasi di Jl Malioboro, KRT Purwowinoto mengungkapkan, adanya kemungkinan penggunaan Kereta Kyai Jongwiyat.

Kereta Jongwiyat berbentuk terbuka, dengan tempat duduk empuk terbalut kain beludru merah. Badan kereta berwarna kuning gading berkombinasi hitam. Di kanan-kiri tempat duduk kusir terdapat dua lampu cantik, berbentuk kotak kaca, ditopang kuningan berukir. Simbol Keraton Yogyakarta tergambar di tengah pintu kereta.

 Kereta ini miliki empat roda dan ditarik enam ekor kuda. Kyai Jongwiyat pernah digunakan untuk mengirab kakak sulung Jeng Reni, GKR Pembayun dan Kanjeng Panembahan Wironegoro, di hari pernikahan mereka, 28 Mei 2002. "Kereta akan ditarik enam ekor kuda putih yang disewa dari Bandung," ujar KRT Purwowinoto.

Dilanjutkan oleh pemilik nama asli Ronni Mohamad Guritno ini, kereta yang digunakan tak hanya satu, melainkan enam unit. Kereta-kereta itu akan dikendarai oleh keluarga keraton untuk mengiringi mempelai. "Rutenya hanya lurus dari keraton menuju Kepatihan. Kirab akan berlangsung pukul 16.00."

Kyai Jongwiyat merupakan buatan pabrik kereta ML Hermans en Co., Den Haag, Belanda pada tahun 1880. Kereta ini peninggalan Sri Sultan Hamengkubuwono VII yang pada saat itu berfungsi untuk berperang atau manggala yudha. Sri Sultan Hamengkubuwono VII dikenal sebagai raja yang gigih berperang melawan Belanda. Kereta ini digunakan komandan prajurit keraton.

Kereta Jongwiyat yang berarti perahu terbang ini, menurut GBPH Yudoningrat, dulunya juga dipergunakan Sultan Hamengku Buwono VII pelesiran melihat balapan kuda di arena Balapan (sekarang Jl Urip Sumoharjo). Saat itulah Sultan juga menyapa rakyatnya.