Mengenang Sang Pilot Pesawat Casa 212-200 (2)

By nova.id, Sabtu, 8 Oktober 2011 | 23:09 WIB
Mengenang Sang Pilot Pesawat Casa 212 200 2 (nova.id)

Mengenang Sang Pilot Pesawat Casa 212 200 2 (nova.id)

"Kapten Famal Ishak (ist) "

Sebagai anak tertua, Alfian Rizaldy Ishak (26) mengenang sosok Famal sebagai ayah yang penuh perhatian dan bertanggung jawab pada setiap hal. Apalagi terkait kebutuhan keluarga dan masa depan anaknya. Hubungan Famal dan ketiga puteranya memiliki kedekatan masing-masing.

"Kehidupan beliau sudah lengkap, sebagai ayah dan kakek. Sayangnya Papa tidak bisa menyaksikan wisuda adik saya, hingga mereka menikah. Papa sudah berhasil menyekolahkan kami semua hingga kini. Saya juga sudah berkeluarga dan memberikan dua cucu buat beliau."

Selain senang dengan penerbangan, Famal punya hobi mencari barang-barang langka. Kalau ada waktu senggang di rumah, Famal kerap membereskan barang-barang yang tidak rapih. "Ada yang bocor, kabel-kabel berantakan, sampai Papa bikin lemari atau meja kayu. Cari kayu, potong sendiri, dihias-hias sampai jadi. Padahal bisa beli, tapi beliau senang membuat sendiri."

Dengan profesinya sebagai pilot, Famal memang tidak punya banyak waktu di rumah. Bahkan, foto keluarga pun nyaris tak pernah dilakukan. "Sekalinya ada kesempatan kami kumpul bareng, ngobrol apa saja sambil nonton tv atau makan malam di rumah." Menjadi pilot juga menuntut kedisiplinan. Hal inilah yang diajarkan Famal mendidik ketiga buah hatinya. "Papa suka bilang jangan kebanyakan mikir jadi orang, harus taktis agar tidak buang waktu. Beliau suka joging dan punya pola makan sehat. Kalau mau terbang, malamnya sudah berkemas. Pagi-pagi sekali sudah bangun. Sering malah Papa yang nungguin supir jemput untuk ke bandara."  

 Pahlawan Keluarga

Meski pernah kesal karena Famal cerewet akan kedisiplinan, Alfian mengaku malah merasakan banyak manfaatnya sekarang. Famal diakuinya tak pernah ikut campur pada keinginan anak-anaknya. Kalau ada yang mau meneruskan profesinya menjadi pilot, ia akan mendukung. "Dari kecil karena melihat Papa, saya jadi suka dunia penerbangan. Saya cari cara demi menyenangkan hati dan menghargai beliau, saya kerja di penerbangan, tapi di bagian office karena mengingat resikonya. Tidak ada dari keluarga besar yang jadi penerbang. Tapi, kakek dari Papa dulunya memang bekerja sebagai teknisi pilot Garuda."

Menurut Alfian lagi, "Papa adalah pahlawan keluarga bagi kami semua. Beliau sangat bertanggung jawab pada keluarga, juga profesinya. Saya bangga hingga akhir hayatnya pun Papa meninggal saat bertugas, istilahnya mati syahid. Di pemakaman banyak yang hadir. Ada teman Papa sejak kejadian hingga empat hari berikutnya terus menangis, saking merasa kehilangan."

Selanjutnya, pihak keluarga tetap menunggu hasil investigasi dari kotak hitam yang sudah ditemukan. "Siapa tahu Papa ada pesan terakhir yang diucapkan."

Ade Ryani