"Sulit Mengikhlaskan Kepergian Umi..." (1)

By nova.id, Kamis, 6 Oktober 2011 | 01:45 WIB
Sulit Mengikhlaskan Kepergian Umi 1 (nova.id)

Sulit Mengikhlaskan Kepergian Umi 1 (nova.id)
Sulit Mengikhlaskan Kepergian Umi 1 (nova.id)

"Bersama Sumiati, TKW yang bibirnya digunting majikannya. "Harusnya majikan Sumi juga di qhisas!" ungkap Een Geram (Foto: Dok Pri) "

Minta Baju

Kekecewaan berikut yang kutemui di Arab, ternyata makam Umi tak sesuai dengan informasi dari BNP2TKI. Tadinya kata mereka, Umi dimakamkan di Ma'la, berdampingan dengan makam Khadijah RA. Ternyata dari KJRI aku diberitahu, makam Umi terletak di Saroya. Segera kami menuju Saroya untuk ziarah. Benar saja, Umi dimakamkan di makam nomor 25.

Keterangan yang berubah-ubah ini tentu membuatku bingung. Kenapa mesti bohong pada kami soal lokasi makam? Bagiku, walaupun Umi dimakamkan di samping makam Khadijah, aku tetap ingin jenazah Umi dipindahkan ke Indonesia saja. Kalau di sini, kapan pun kami bisa 'menjenguk' Umi. Beda dengan di Arab yang biayanya besar. Apalagi, kata orang, kalau sudah tinggal tulang, makam Umi bisa diganti dengan jenazah lain.

Hal yang lebih menyesakkan lagi, sama seperti saat meminta jenazah Umi dipulangkan, aku juga menemui kesulitan saat meminta pakaian Umi dikembalikan. Aku sempat menelepon anak mantan majikan Umi. Kata mereka, pakaian Umi ada di polisi. Kuutarakan niatku mengambil baju Umi pada pihak KJRI dengan harapan mereka bisa membantu. Tapi jawaban yang kudapatkan lumayan membuat hatiku sakit. "Kalau pakaiannya sudah sampai ke KJRI, nanti juga dikirim ke Indonesia."

Enteng sekali jawaban mereka. Padahal, aku hanya minta tolong ambilkan. Paling tidak, menemaniku ke polisi untuk mengambilnya. Kan, tidak mungkin juga aku serta merta pergi ke kantor polisi tanpa pendampingan pihak yang berwenang.

Semua temuan kami saat di Arab memperlihatkan kepadaku, KJRI rasanya kurang bertanggung jawab menjalankan tugasnya. Bahkan saat Umi berada di penjara sekalipun, baik KJRI maupun BNP2TKI, tak ada yang mengupayakan agar Umi bisa berkomunikasi dengan keluarga.

Laili Damayanti / bersambung