"Steven Tak Mungkin Bunuh Diri" (1)

By nova.id, Selasa, 4 Oktober 2011 | 05:40 WIB
Steven Tak Mungkin Bunuh Diri 1 (nova.id)

Steven Tak Mungkin Bunuh Diri 1 (nova.id)

"Band Made By Med yang semua anggotanya mahasiswa kedokteran (salah satunya Steven) ini pernah menjadi finalis sebuah ajang musik (Foto: Dok Pribadi) "

Kongres di Belanda

Steven juga seorang anak yang sayang keluarga. Saat libur, ia selalu menyempatkan pulang ke Cirebon. Begitu pulang, tak lupa Steven mampir ke rumah Inge. Sering pula Steven pergi bareng anak-anak Inge. "Mereka jalan-jalan di sekitar Cirebon saja. Kadang Steven menceritakan kegiatan sekolahnya. Dia mengaku punya banyak teman di Jakarta."

Inge juga mendengar prestasi Steven di bidang akademis. Steven berhasil menemukan alat pendeteksi dini penyakit kanker. Berkat prestasinya ini, Steven ikut Kongres Internasional Ilmu Kedokteran tahun 2009 di University Medical Center Groningen, Belanda. "Dia memang anak yang sangat pintar," ujar Inge. Seluruh keluarga merasa bangga dengan prestasi Steven.

Berkat ketekunannya pula, Steven berhasil menyelesaikan studi tepat waktu. "Saya ikut bangga mendengar dia berhasil menyelesaikan pendidikannya. Sampai sekarang saya masih ingat tindak-tanduknya yang santun. Taat pada orangtua, rajin belajar, dan tekun beribadah. Itu sebabnya, kami sekeluarga yakin, dia tak mungkin bunuh diri," papar Inge yang tak tahu-menahu soal cerita asmara keponakannya. Ada dugaan, sebelum Steven ditemukan jatuh dari lantai 24 apartemennya, Steven sempat bertemu dengan kekasihnya. "Wah, kalau itu sudah menyangkut cerita pribadi. Yang saya tahu, dia tidak pernah cerita kalau punya masalah. Rasanya semua baik-baik saja."

Inge hanya ingin menyerahkan semua ini kepada Yang Kuasa. Tak pernah ada yang tahu nasib manusia. "Tentu, kami sekeluarga berharap, arwah Steven tenang di surga," harapnya. Sayang, orangtua Steven tak berhasil ditemui. Toko emas milik mereka memang buka, tapi hanya dijaga oleh karyawan. "Bapak dan ibu enggak di rumah. Mereka ingin menenangkan diri," tutur salah satu karyawan.

Henry Ismono/ bersambung