Pory (Paguyuban Onthel Rabuk Yuswo) berdiri sejak Februari 2009. Slogan yang diusung adalah anggampangake laku, ngedhohake penyakit, ati bungah, ngirit ora ngorot-orot, rukun lan ramah lingkungan. Anggampangake laku bermakna bersepeda membuat aktivitas terasa lebih mudah. Ngedhohake penyakit berarti berkat bersepeda tubuh menjadi sehat, kuat, dan dapat melawan penyakit.
Ati bungah berarti lebih mensyukuri karunia Tuhan karena telah menciptakan kaki untuk mengayuh dan tangan untuk memegang kendali. Ngirit ora ngorot-orot bermakna dapat menghemat semaksimal mungkin. Dan rukun lan ramah lingkungan, bersepeda menjaga kebersihan udara yang ada di sekeliling, bebas polusi, dan ramah lingkungan.
Pendiri Pory adalah Haryono, memang gemar bersepeda bersama teman-temannya. "Tiap Minggu pagi kami kumpul di Lapangan Minggiran untuk berolahraga. Kami datangi pasar desa, tempat budaya dan sejarah," kata Haryono yang bersepeda bersama 9 temannya. "Di tengah jalan, kami mencetuskan ide ada baiknya pengguna sepeda onthel dikumpulkan dan dijadikan satu paguyuban."
Paguyuban Onthel Rabuk Yuswo pun dibentuk. Rabuk berarti pupuk dan yuswo artinya umur. Tiap anggota ditarik iuran Rp 10 ribu. "Kegiatan kami bersepeda, sosial, membantu sego segawe (sepeda kanggo sekolah lan nyambut gawe) yang dicanangkan Walikota Yogyakarta. "Di minggu terakhir, kami berkunjung ke panti asuhan dan panti wreda. Jadi tak sekadar bersepeda untuk hura-hura, tapi bermakna dan berguna pada sesama," kisah Haryono yang memiliki anggota termuda kelas 4 SD dan tertua berusia 69 tahun.
Menurut Koko, Sekjen Pory, dengan bersepeda dan berkumpul, bisa memperpanjang umur, tetap sehat, gembira, jauh dari stres dan penyakit. "Kita, kan, enggak tahu sampai kapan umur orang," ujar Koko yang saat peluncuran Pory ada 300 orang bergabung. "Yang aktif sekitar 150 orang. Syarat menjadi anggota gampang, kok, semua yang senang bersepeda, boleh pakai sepeda apa saja. Boleh fixie, mountain bike, asal sepeda."
Jika ada anggota yang memiliki 10-20 sepeda, boleh meminjamkan ke temannya. "Anggota Pory biasanya punya lebih dari satu sepeda." Bahkan penggemar onthel tiap bulan terus bertambah jumlahnya. Tak heran banyak komunitas lain berdiri selain Pory. Adanya Pory, diharapkan Haryono dan Koko bisa menginspirasi masyarakat yang tinggal di teman di pinggiran kampung.
"Kegiatannya, kan, ramah lingkungan, positif, tidak mahal, banyak manfaat, dan mudah. Ibu yang sudah tua dan bersepeda bisa membaur dengan yang muda. Kalau bisa, Jogja jadi pelopor gerakan bersepeda. Apalagi di Jogja sudah dibuat jalan dan ruang tunggu sepeda. Tinggal sosialisasi dari pemerintah dan masyarakat saja."
Demi kekompakkan, Pory juga membuat seragam untuk anggota yang dipakai di acara tertentu. "Seragam warna cokelat muda adalah yang pertama kali dibuat. Semua anggota juga harus punya baju surjan. Di hari Minggu, kami pakai kaos. Seragam hitam dipakai untuk peristiwa ketika ada yang sakit atau meninggal. Tujuannya, untuk menghargai orang yang kena musibah."
Laili, Nove / bersambung