Ninit Kembali ke Desa Penuh Luka dan Tanpa Nyawa (1)

By nova.id, Selasa, 20 September 2011 | 23:27 WIB
Ninit Kembali ke Desa Penuh Luka dan Tanpa Nyawa 1 (nova.id)

Ninit Kembali ke Desa Penuh Luka dan Tanpa Nyawa 1 (nova.id)
Ninit Kembali ke Desa Penuh Luka dan Tanpa Nyawa 1 (nova.id)

"Fauzi masih trauma setiap ada tamu. Anak bungsu almarhum Ninit ini terus menutup muka dan menangis tersedu-sedu (Foto: Ahmad Fadilah) "

Titip Anak

Setelah beberapa bulan kerja di Sayl, Ninit kembali telepon saya. Kali ini kabar yang disampaikan makin parah. Ia mengaku kurus kering. Ibaratnya, tinggal tulang dan kulit. Padahal waktu pergi dia gemuk sekali. Ninit juga mengaku sering dipukuli. Di rumah itu, ada enam orang dan seorang bayi. Kalau bikin salah sedikit saja, Ninit cerita sering dikeroyok majikan dan saudara-saudaranya. Di akhir telepon, Ninit titip dua anaknya, Wandi (7) dan Fauzi (5). "Siapa tahu saya enggak bisa ketemu anak-anak lagi," katanya. Duh... dada saya sesak mendengarnya.

Hari itu juga saya ke PT Harco, minta Ninit segera dipulangkan, apa pun yang terjadi. Tapi pihak PT hanya berjanji mengurus tanpa memberi kepastian dan jalan keluar. Saya bingung sekali. Anak saya sepertinya sudah berada di ujung kematian, tetapi tidak ada yang bisa menolong. Di luar kantor itu, saat duduk bengong sendirian, seseorang menghampiri dan menyarankan agar saya lapor saja ke BNP2 (Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan) TKI.

Tanpa tunggu waktu, saya langsung stop taksi, menuju kantor BNP2TKI di kawasan Pancoran, Jakarta. Di sana saya diminta membuat laporan. Pegawainya juga sudah mengecek di komputer, ternyata nama anak saya ada. Saya sedikit lega dan berharap pihak BNP2TKI bisa memulangkan segera memulangkan Ninit.

Selain itu, saya juga sudah minta adik saya yang jadi TKW di Saudi untuk mencari kabar Ninit. Ternyata, ketika menelepon Ninit, adik saya malah diancam majikan Ninit dan tidak boleh menghubungi lagi. Saya makin panik.

Sukrisna / bersambung