Setelah mulai di pasarkan beberapa waktu lalu saat berpameran di Jakarta, ternyata peminatnya cukup banyak. Selain pembeli dari Jakarta, konsumen dari Jepang dan Eropa ikut membelinya. "Sebagai model yang masih baru, saya yakin prospeknya akan bagus," tukas Roni yang menjual tasnya seharga Rp 350-400 ribu.
Dan seiring berjalannya waktu, kualitas produksinya pun kian ditingkatkan. Sebelum dipasangi kulit, anyaman bambu terlebih dulu diolah dengan bahan kimia agar awet dan tetap tampak bagus. "Kalau tidak diolah, akan mudah berjamur bambunya," papar Roni yang mengaku pernah jadi tukang sepatu.
Roni berharap, lewat desain-desain barunya, usaha kerajinan dari Tanggulangin bisa mengairahkan lagi. Tanggulangin yang dulu sangat terkenal dengan produsen sepatunya, kemudian runtuh akibat tragedi lumpur Lapindo yang menghambat akses para pengunjung menuju tempatnya. "Tapi saya yakin, para produsen tas dan sepatu di Tanggulangin bisa menggeliat lagi, apalagi sekarang ada Pasar Wisata," kata Roni dengan nada optimis.
Gandhi Wasono M