Uniknya, produk Athaya malah baru-baru ini dikenal di Malang. Pasalnya, banyak yang menyangka diproduksi di Jakarta. Tri mematok harga sajadah Rp 150 ribu, sementara mukena dan sajadah satu set Rp 250 ribu. "Sejak awal dibuka sampai sekarang, saya belum menaikkan harga. Selain buat ibadah, saya tak mau memberi harga terlalu tinggi," ujar Tri yang dalam sehari bisa menghasilkan 20 sajadah Athaya.
Kendala yang dirasakan Tri ketika menerima begitu banyak pesanan, yaitu permintaan yang dituntut cepat selesai. "Produk ini tak bisa asal tempel atau jahit, karena butuh ketelitian. Mengguntingnya saja harus satu per satu. Makanya, tiap satu pegawai bertanggung jawab pada jahitannya. Dia mengerjakan mulai dari menjiplak, memotong, menempel, dan membordir. Kalau ada yang salah, ya, harus diperbaiki."
Ibu tiga anak ini enggan mengambil pegawai musiman karena khawatir kerjanya tak rapi. "Harus dapat penjahit yang benar-benar telaten, dan biasanya itu perlu waktu lama. Sedangkan yang baru biasanya belum apa-apa sudah mengeluh. Dikiranya enak mungkin, ya, kerja seperti ini. Kelihatannya saja gampang padahal butuh ketelitian."