Kesedihan Helmi dan Syarifah juga dirasakan orangtua Astrid Dwi Oktaviani (16), teman sekelas Isah yang juga menjadi korban kecelakaan tunggal di subuh itu. Putri bungsu pasangan Dewi Kostraningsih (45) dan Oktarudi Tasno (48) ini dikenal sebagai pribadi yang periang. Begitu terpukulnya pasangan itu, hingga hari ketiga kepergian Astrid, mereka belum mau bicara banyak.
Cerita tentang Astrid akhirnya diperoleh dari sang kakak, Aditya Yudistira Oktaputra (23). "Astrid itu selalu menyenangkan. Kami sangat dekat, sering mengobrol, dan bercengkrama, walau usia kami berbeda cukup jauh, 8 tahun."
Sebelum kejadian nahas itu, Adit mengaku tak merasakan firasat apa-apa. "Mama dan Papa juga tak punya firasat. Astrid tetap ceria, lucu, dan manja seperti biasa," ungkap si sulung yang bekerja di kantor pelayanan pajak ini. Adit lantas mengenang kegembiraan Astrid sebelum pergi SOTR bersama teman-teman sekolahnya.
Sebenarnya Adit sudah sempat mengingatkan adanya sebuah edaran yang menyebut SOTR tidak diperbolehkan lagi. "Enggak, Mas, boleh, kok. Sudah dapat izin. Kan, sudah bayar iuran. Nanti diiringi petugas kepolisian, kok. Aman," ucap Adit menirukan sang adik.
Adit masih ingat, rumahnya dijadikan tempat berkumpul oleh teman-teman Astrid sebelum SOTR karena letaknya tak jauh dari sekolah. Ketika akan berangkat jam 22.00, "Saya sempat tanya, kok, cepat-cepat berangkatnya. Kata Astrid, mereka mau berkumpul dulu di sekolah."
Hingga sahur menjelang, keluarga Adit masih tak merasakan pertanda apa pun. "Kami salat Subuh di masjid dekat rumah. Karena mengantuk, saya pulang duluan dan tidur. Kira-kira pukul 06.00, Mama menelepon sambil menangis, mengabarkan Astrid kecelakaan dan berada di RS JMC," ujar Adit yang kemudian buru-buru menuju RS yang dimaksud.
Rupanya Astrid mengalami benturan keras di belakang kepalanya. "Sempat di CT Scan, namun keadaannya makin kritis. Sekitar pukul 07.00 ia berpulang ke Rahmatullah," kata Adit sambil menahan sedih.
Bagaimana dengan pengemudi mobil Toyota Yaris berwana perak itu? Setelah kecelakaan, Bowo yang hanya mengalami luka ringan, sempat datang ke kediaman Isah dan Astrid diantar sang Ibu. "Secara muslim, dia saya maafkan. Tapi secara hukum, tidak tahu-menahu," kata Helmi.
Keluarga Bowo, lanjutnya, juga sempat bertanya ke Helmi, apakah ia akan melaporkan peristiwa itu ke polisi. "Mereka memang berada, beda dengan saya. Tapi saya tidak ada kepikiran untuk itu (lapor polisi, Red.) dalam suasana berduka begini. Mereka sudah datang, minta maaf, ya, sudah."
Kata maaf juga diberikan keluarga Astrid. "Mama dan Papa sudah memaafkan. Toh, dia (Bowo, Red.) juga tidak bisa mengembalikan Astrid lagi. Tapi jujur, saya pribadi ingin Bowo menjalani proses hukum yang ada. Bukan berarti saya dendam, tapi agar dia juga belajar dari kesalahannya dan menjadi lebih baik," tukas Adit.
Hingga saat ini, polisi sudah menetapkan Bowo sebagai tersangka dalam kecelakaan maut yang menewaskan Isah dan Astrid. Namun, Bowo tidak ditahan karena orangtua siswa SMUN 28 itu mengajukan penangguhan penahanan. Karena masih di bawah umur, untuk sementara Bowo yang dijerat pasal tentang kelalaian yang menyebabkan korban jiwa, hanya dikenakan wajib lapor ke Unit Kecelakaan Lalu Lintas Polres Jakarta Selatan, tiga kali seminggu.
Ade Ryani, Swita A. Hapsari