Kris Tatang Mareta Aji Berubah Demi Istri Dan Anak

By nova.id, Jumat, 5 Agustus 2011 | 06:30 WIB
Kris Tatang Mareta Aji Berubah Demi Istri Dan Anak (nova.id)
Bebas Narkoba

Alhamdulillah, saya mendapatkan istri, ipar dan mertua yang mau menerima keadaan saya waktu itu. Ketika menikah saja, saya menumpang di rumah mertua. Sejak menikah, saya memang merasakan banyak perubahan. Oleh istri, saya diajarkan kembali mendalami agama.

Istri, mertua dan orangtua saya membantu saya untuk bisa menjadi seperti sekarang ini. Mereka yang selalu memberikan dukungan kepada saya untuk kembali ke jalan yang benar. Berkat mereka dan anak-anak, saya seakan punya tujuan hidup dan memiliki filter untuk lepas dari narkoba. Berkat dukungan mereka pula saya bisa terbebas dari narkoba.

Bila teringat masa lalu sebagai pengguna narkoba, ah, ngeri sekali. Pernah dalam satu tahun saya overdosis sampai tiga kali. Itu juga yang kemudian membuat saya sadar dan memutuskan berhenti.

Dan, siapa sangka dari hasil dunia hiburan ini, pada 1999 saya sudah bisa membeli rumah, mobil dan motor. Alhamdulillah, adik-adik juga sudah memiliki profesi masing-masing yang bisa memberikan penghasilan buat diri dan keluarganya. Mami juga sudah bisa tinggal di rumah sendiri dengan anak saya yang pertama di Solo, Jawa Tengah. Entah mengapa, anak saya yang pertama lebih memilih tinggal sama eyangnya. Eh, sekarang anak saya yang kedua juga mau ikut tinggal dengan eyang.

Ya, saya sungguh sangat bersyukur semua kepahitan masa lalu sudah bisa berlalu. Saya dan keluarga berhasil mengatasi kesulitan itu. Terkadang, bila sedang sendiri, semua kenangan-kenangan itu muncul dalam ingatan dan membuat saya menangis. Begitulah...

Tak Ada Pensiun

Mewarisi nama Gepeng memang sedikit banyak memberikan beban bagi saya. Apakah saya bisa menjaga nama baik Papi. Dengan apa yang saya lakukan ini saya tak ingin menjadi Papi. Tatang enggak mungkin menjadi Gepeng. Itu mengapa saya enggan memakai kumis di ujung bibir seperti Papi. Tatang ya, Tatang. Gepeng ya, Gepeng.

Memang, sih, secara fisik saya mirip Papi. Ya, mau gimana lagi, wong saya anaknya. Ha ha ha... Namun, sebisa mungkin apa yang saya lakukan bisa menjadi bukti, saya bukan sekadar mengekor bayang-bayangPapi. Bukan bermaksud sombong, apakah ada komedian lain yang seperti Papi? Setiap kali beliau naik panggung dan belum bicara apa-apa, penonton sudah tertawa, lho.

Nah, sudah empat bulan ini saya main di sinetron Pesantren Rock n Roll. Sudah empat bulan juga saya jarang pulang ke rumah. Sinetron yang tayang setiap hari ini alhamdulillah mendapat banyak tanggapan positif penonton. Karena digemari dan rating yang tinggi, kami syuting setiap hari.

Di satu sisi, bikin kangen keluarga di rumah, tapi di sisi lain justru membuat para pendukung sinetron ini jadi makin dekat seperti saudara. Di sinetron ini saya mendapat peran sebagai Fuad, santri pesantren yang bodoh tapi sok pintar. Fuad adalah mantan santri yang kemudian masuk penjara dan setelah keluar penjara kembali lagi jadi santri. Fuad berteman dengan Rochim (Roy) dan Najib (Ramzi) Agar bisa membangun chemistry, kami sengaja minta tinggal di satu villa.

Ternyata benar, kami jadi semakin kompak dan mudah tek tok saat dialog. Jika ada naskah pendek, bisa kami panjangkan, tapi bila dapat yang panjang, ya, kami pendekkan. Dengan begitu, kami menjalani syuting dengan senang. Jika tak bertemu, malah bikin kangen. Ha ha ha.

Terlepas dari apa yang sudah saya dapatkan saat ini, saya masih menyimpan harapan untuk kembali bermain film action. Saya, kan, punya latar belakang ilmu bela diri wushu dan stuntman. Suatu saat, saya ingin sekali mendapat peran seperti bintang film idola saya, Jacky Chan.

Banyak hal yang dapat dipetik untuk dijadikan pelajaran bagi saya. Paling tidak, jadi pengingat agar pengalaman buruk saya di masa lalu tak berulang. Saya ingat ucapan Papi, "Ketika kita sedang dapat banyak rezeki, jangan lupa untuk melihat ke bawah. Masih banyak orang yang masih perlu dibantu." Papi juga pernah bilang, "Mata keculek, jempol tak mungkin menangis. Tapi jika jempol kesandung, mata menangis."

Beruntung, istri juga punya latar belakang manajemen, dia pintar mengelola tawaran pekerjaan untuk saya, juga honornya. Bila tak ada pekerjaan, tabungan untuk anak-anak sudah kami siapkan. Saya juga kini punya bengkel mobil yang bisa memberikan pemasukan lain selain dari syuting. Seniman, kan, enggak ada pensiunnya, ya. (TAMAT)

 Edwin Yusman F