Kris Tatang Mareta Aji: Hidup Memang Seperti Roda

By nova.id, Jumat, 5 Agustus 2011 | 01:09 WIB
Kris Tatang Mareta Aji Hidup Memang Seperti Roda (nova.id)

Kris Tatang Mareta Aji Hidup Memang Seperti Roda (nova.id)

"Foto: Ahmad Fadilah "

Ketika hanya membaca nama lengkapnya, banyak orang pasti tak kenal siapa dia. Namun, jika melihat wajah sang pemilik nama, siapa yang tak tahu dia? Ya, pria ini tengah naik daun berkat perannya dalam sinetron populer bertajuk Pesantren Rock and Roll.

Mungkin sudah garisnya, berkat sinetron Pesantren Rock and Roll saya jadi makin dikenal masyarakat. Sebenarnya jika berbicara sinetron, saya sudah mulai main sinetron sejak 1987. Saya mengawali karier sebagai figuran lalu naik jabatan menjadi stuntman. Karier saya sebagai seorang stuntman teruji lewat berbagai film, antara lain Saur Sepuh, Satria Madangkara lalu disusul beberapa film dan sinetron lain.

Tapi, ya, itu. Lama-kelamaan, karena figur dan raut wajah saya sangat mirip dengan almarhum Papi, pelawak yang tergabung di kelompok Srimulat, Gepeng, saya jadi sering mendapat tawaran untuk jadi komedian atau pelawak. Setelah sinetron dan film, menyusul tawaran jadi bintang iklan. Dan, tahun 90-an sampai 2000-an saya pun akhirnya direkrut oleh teman-teman almarhum Papi untuk bergabung dengan Srimulat.

Mereka yang lahir sebelum tahun 80-an pasti sudah mengenal sosok Papi saya, yang bernama asli Aris Freddy atau Gepeng, dan Mami saya bernama Supiah. Kedua orangtua saya ketika itu sangat dikenal di dunia seni peran. Papi sebenarnya tak hanya bisa melawak, tapi juga menguasai beberapa alat musik tradisional bahkan bisa mendalang. Sementara Mami aktif di kegiatan kesenian tradisional. Kedua orangtua memang berasal dari keluarga berdarah seni.

Meski begitu, sejak kecil saya yang jadi sulung dari empat bersaudara rasanya tak pernah disiapkan untuk meneruskan darah seni keluarga. Bahkan Papi pernah berkata, ia tak mau anak-anaknya mengikuti jejaknya jadi seniman. Cukuplah darah seni itu berakhir pada dirinya. Alasannya, capek! Menurutnya, setiap saat selalu kaki jadi kepala dan kepala jadi kaki. Andai Papi masih ada, beliau pasti marah besar jika tahu saya jadi seperti saat ini. Ha ha ha...

Hidup Mewah

Apa yang dikatakan Papi memang tak salah, saya sendiri mengalami sulitnya menjalani kehidupan sebagai pekerja seni. Bagaimana tidak capek jika selalu pindah sana, pindah sini. Bahkan KTP dan surat nikah saja tak punya. Memang sangat berbeda sekali antara seniman zaman dulu dengan seniman sekarang. Seniman zaman dulu butuh perjuangan yang sangat besar. Seniman sekarang? Hanya modal wajah cakep atau jelek sekali, malah bisa sukses.

Karena itu, sampai saat ini masih terjadi pertentangan batin dalam hati saya. Saya sebenarnya enggak pernah berharap menjadi seorang komedian atau pekerja seni. Apa yang saya lakukan ini juga bukan ingin mengkhianati wasiat almarhum Papi. Semuanya berjalan tanpa saya rencakan. Saya merasa, ini adalah kuasa Allah yang memberikan jalannya seperti ini.

Saya yang lahir di Jogja, 13 Maret 1974, sejak kecil saya melihat perjuangan Papi dan Mami menghidupi keluarga dari panggung ke panggung. Saya merasakan sendiri betapa beratnya perjuangan Papi dan Mami. Tak jarang, saya ikut menonton aksi mereka dari pinggir panggung.

Dari pinggir panggung itulah, saya belajar bagaimana Papi bisa membuat orang tertawa, mendalang, bermain kendang atau gamelan dan bagaimana Mami mementaskan tari-tarian tradisional. Dari menonton itu, saya akhirnya sedikit-sedikit bisa lah.

Alhamdulillah, apa yang kedua orangtua lakukan mampu mengangkat derajat dan ekonomi keluarga. Seiring dengan semakin dikenal masyarakat, semakin banyak pula tawaran kerja. Mulai dari pentas di panggung sampai membintangi beberapa film layar lebar.

Akibatnya, bisa dibilang kehidupan kami anak-anaknya sangat berlimpah dan berkecukupan. Ibarat sebuah negara, Papi itu sudah seperti Presiden. Mau apa saja bisa beli. Apa saja yang saya dan adik minta pasti diberikan Papi. Semua benda yang diinginkan dibeli cash oleh Papi. Tak hanya untuk anaknya dan saudara, buat teman dan sahabat pun Papi amat royal.