Undangan menggunakan dua bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan Inggris lantaran para duta besar juga diundang. "Kami mblusuk-mblusuk ke perajin keramik, lurik, dan lain-lain, sampai akhirnya ketemu suvenir yang pas," ujar Reni yang tidak melihat pernikahan yang melibatkan lebih dari 200 orang panitia ini dari sisi megahnya. "Ini pernikahan adat. Sebab, kami ini poros budaya. Jadi harus meneruskan adat istiadat. Kelak, anak cucu kami juga akan kami ajari agar adat tetap dilestarikan."
Selain meminta pihak hotel dan maskapai penerbangan ikut bersiap, "Kami juga sudah meminta Dinas Pariwisata untuk ikut membantu mengadakan acara di Yogya, sehingga para tamu yang datang tidak hanya untuk pernikahan saja," imbuhnya. Dan, saat ijab kabul, Reni dan Ubay akan mengenakan busana basahan, sedangkan saat resepsi menggunakan busana beludru hitam, lenggap dengan hiasan bubuk emas.
"Ini pakem adat keraton, jadi tidak bisa diubah. Busananya dibuat oleh Afif Syakur, desainer batik dari Yogya. Setelah dilamar, saya segera memesan busana ini, karena proses pembuatannya lama," jelas gadis yang menghabiskan masa SMP dan SMA di Singapura. "Pembuatnya tidak boleh bernapas agar bubuk emasnya tidak beterbangan. Itu sebabnya pembuatannya makan waktu lama, empat bulan," tutur Reni.
Sedangkan untuk riasan, Reni akan menggunakan jasa Tienuk Riefki. Acaranya sendiri akan dilangsungkan mulai dua hari sebelum resepsi. Minggu (16/10), pihak mempelai pria datang ke Kagungan Dalem Ksatriyan. Esok paginya, acara siraman dilangsungkan, dan malam harinya dilaksanakan midodareni. Acara ijab kabul akan berlangsung pada Selasa pagi dilanjutkan upacara adat tradisional keraton.
Di acara inilah, para undangan yang berjumlah 1500 termasuk VVIP di antaranya presiden, para menteri, duta besar, dan pejabat lainnya akan hadir. Malam harinya, acara resepsi digelar dengan dihadiri 1000 undangan di Gedung Kepatihan. Untuk menuju Kepatihan, keduanya akan dikirab dari keraton dengan kereta Jongwiyat buatan tahun 1880. Iring-iringan mempelai antara lain akan melewati Jalan Malioboro, sehingga rakyat bisa ikut menyaksikan secara langsung sang mempelai.
Hasuna Daylailatu