Setelah empat tahun menjalin kasih, GRAJ Nurastuti Wijareni (24), putri bungsu Sultan Hamengkubuwono X, dan Ahmad Ubaidillah (29) akan mengakhiri masa lajang mereka. Tanggal 18 Oktober 2011 dipilih sebagai hari bersejarah itu. "Tanggal lahir saya dan Ubay dijadikan satu dan berdasarkan hitungan Jawa, pernikahan jatuh pada hari Selasa itu," terang Reni.
Reni berkenalan dengan Ubay untuk pertama kalinya pada awal Januari 2007. Saat itu, Ubay sudah lebih dulu berteman dengan GKR Condro Kirono, kakak Reni yang akrab disapa Ita. "Teman saya adalah teman Mbak Ita, jadi akhirnya kami berkenalan. Pada pertemuan berikutnya, Mbak Ita datang mengajak Reni. Saya dan Reni akhirnya berkenalan. Waktu itu, Reni baru tiba di Jakarta, jadi belum punya teman."
Reni yang waktu itu tengah liburan dari kuliahnya di Swis, rupanya memikat hati Ubay. Menurut pria asli Bandar Lampung yang besar di Jakarta ini, saat itu Reni tampak kalem, pendiam, dan ayu. "Kelihatan kalau dia putri keraton. Tapi waktu itu saya lebih banyak mengobrol dengan Mbak Ita. Saya lalu minta nomor telepon Reni ke Mbak Ita, enggak dikasih. Disuruh minta langsung. Akhirnya saya beranikan diri minta ke Reni," kenang Ubay.
Meski mendapat kesan Ubay gagah, santai, sopan, dan baik, Reni merasa aneh ketika melihat pria itu untuk pertama kali, lantaran Ubay mengenakan seragam serba cokelat. Malam harinya, Ubay langsung menelepon. Saat itulah, Reni baru merasa "klik" mengobrol dengan Ubay. Saat mengajak bertemu hanya berdua, Ubay kembali mengenakan seragam, kali ini berwarna serba hijau, sebaban pertemuan diadakan sambil makan siang di jam istirahat kantor.
"Saya masih saja merasa aneh," tutur Reni sambil tertawa. Setelah mengajak makan siang, Ubay yang kini bekerja di kantor Wakil Presiden itu mengajak Reni nonton konser Java Jazz. Itulah saat yang sangat berkesan bagi Ubay. Terlebih, setelah itu mereka mulai membicarakan arah hubungan. "Saya bilang, jalani saja dulu. Kalau memang mau serius, tunggu sampai saya selesai kuliah dan siap," ujar Reni yang setelah itu kembali ke Swis untuk meneruskan kuliahnya selama enam bulan.
Setelah Reni lulus, Ubay beberapa kali menanyakan kembali soal hubungan mereka, dan baru pada tahun lalu Reni menyatakan siap untuk menikah. Reni melihat Ubay sebagai sosok pria yang dewasa dan bertanggung jawab. "Saat yang paling berkesan buat saya adalah ketika saya mau buka toko pertama kali di Blok M Square. Dia ikut membantu angkut-angkut barang sampai pukul 02.00," kenang Reni sambil tersenyum.
Padahal, menurutnya, Ubay sudah cukup capek sepulang kerja. "Waktu saya mau pameran di Jakarta Convention Center (JCC), dia juga menemani dan membantu saya bongkar barang. Saat itulah saya merasa dia layak dijadikan pendamping hidup," lanjutnya. Jika sedang ada waktu senggang, keduanya memanfaatkan waktu pertemuan untuk berwisata kuliner. Mereka suka makan apa saja, terutama makanan pedas. Misalnya, masakan Manado.
Bila sedang ke Yogya, makan sate klatak jadi menu wajib Ubay. "Karena saya orang rumahan dan Ubay hobi ke bengkel, terkadang saya menemaninya ke bengkel," tutur Reni yang juga menilai Ubay pandai mencairkan suasana. Suasana yang cair itu juga terjadi saat Ubay untuk pertama kalinya mengutarakan niatnya untuk mempersunting Reni kepada Sultan HB X.
"Ngarso Dalem bilang, keluarganya tidak membedakan suku. Keluarganya itu se-nusantara karena ada ada yang di Kalimantan, dan daerah lain. Beliau dan GKR Hemas merestui hubungan kami, dan berharap kami bisa terus rukun," timpal Ubay. Sultan HB X hanya mensyaratkan Ubay harus bisa masuk ke lingkungan keluarganya dan mengikuti pakem adat istiadat keraton. "Saya perlu belajar dari Reni, Mbak Ita, dan keluarga inti Reni untuk itu," ujar Ubay yang sering ditemani Reni saat latihan futsal.
Latar belakang budaya yang berbeda tak menyurutkan langkah keduanya. Padahal, awalnya keduanya terkaget-kaget. "Sebagai orang Sumatera, Ubay kerap bicara keras dan spontan. Saya kira dia marah, tapi dia lalu menjelaskan, nada bicaranya memang seperti itu. Kalau saya diam saja saat dia bercerita, dia kira saya ngambek. Kalau dia jalan terlalu cepat, saya tarik dia ke belakang. Habis, saya, kan, pakai high heel, masak disuruh jalan cepat-cepat. Ha ha ha..." Reni tergelak.
Hasuna Daylailatu / bersambung
KOMENTAR