Windy Ariestanty, Pemimpin Redaksi GagasMedia dan Kepala Produksi GagasMedia dan Bukune mengatakan, proses menerbitkan PJP sangat berbeda dengan buku-buku lain yang pernah diterbitkannya.
"Prosesnya tidak seperti buku lain dimana penulis datang menyodorkan naskah. Jadi, redaksi sudah terlebih dulu mengetahui tentang Poconggg lewat Twitter, lalu kami mengontaknya dan mengajaknya untuk menulis buku."
Dari pertemuan itu, disepakati banyak hal, di antaranya soal tema, outline dan apa yang menjadi bahan tulisan. Didampingi editor dari Bukune, Poconggg mulai menulis PJP dari nol. "Yang mempertemukan saya, tim Bukune, dengan Pocong adalah Raditya Dika yang kebetulan redaktur khusus di Bukune. Jadi, penulis PJP ini bukanlah Raditya. Tak seperti kabar di luar yang menyatakan Raditya adalah Poconggg. Poconggg and Raditya Dika is different individual," papar Windy.
Yang membuat Windy heran, setelah buku ini dijual ternyata langsung sold out dalam satu jam dan cetak ulang. "Totalnya, PJP sudah dicetak ulang 5 kali dengan jumlah eksemplar mencapai 90 ribu. Prediksi akan mendapat tanggapan positif memang sudah ada. Tapi ini di luar dugaan. Kami juga kaget melihat respons yang diterima. Kami tahu buku ini bakal laku, tapi tak menduga respons pasar seperti ini. Responsnya sama dengan buku-buku karya Raditya Dika."
Di samping respons pasar yang di luar dugaan, "Militansi penulis untuk membuat buku dan kemauannya belajar menulis pun luar biasa. Saya selalu salut pada anak-anak muda yang mau melatih otot-otot pantang menyerahnya dalam menulis. Poconggg salah satunya. Dia membuktikan, tak ada orang yang tidak bisa menulis," bebernya.
Sembunyikan Identitas
Identitas Poconggg yang sama sekali tak diungkap ini, menurut Windy adalah salah satu kesepakatan yang dibuat. "Identitas Poconggg biarlah jadi misteri. Ini bagian dari keberadaannya yang misterius, tapi tidak berjarak dengan pembaca dan follower-nya. Touchable but unseen. Sebagaimana kita juga tidak tahu kehidupan di alam "sana". Itu mengapa tak seperti promosi-promosi buku yang lain, untuk PJP tak mungkin melakukan kegiatan offline, jadi kami fokus lewat promosi online. Teknik promosi online, ya, memanfaatkan kekuatan jejaring sosial dan komunikasi aktif dengan pembaca," katanya.
Selain itu, yang membedakannya lagi, "Tentu saja penulisnya. Juga angle penulisannya. Jenis buku seperti ini tidak bisa dibandingkan antara satu dengan yang lain. Setiap penulis yang bermain di genre komedi memiliki ciri khas sendiri. Sehingga untuk selamanya cuma akan ada satu Poconggg," jelas Windy yang juga enggan memberi informasi latar belakang Poconggg. "He is just a creative young man," ujarnya pendek.
Sebagai penerbit, Bukune tak hanya memproduksi buku, tetapi juga memberikan motivasi tersendiri yang diharapkan mampu memberikan inspirasi kepada anak muda untuk menulis. "Jaringan sosial seperti Twitter atau Facebook bila dimanfaatkan dengan benar, akan memberi hasil yang luar biasa positif. Melatih kreativitas sekaligus mencetak uang. Why not?"
Bicara soal rencana ke depan PJP, Windy mengaku belum memiliki rencana apapun. "I have no idea about this. But, I hope Poconggg will be a good writer and keep writing. Sejauh ini, kami tahu ada rumah produksi yang sedang melakukan tawar-menawar dengan Poconggg untuk membuat filmnya," tutupnya.
Kicauan Jadi Buku