Selama lima tahun mendekam di Penjara Al Malaz, Darsem memang tak tak pernah menyentuh makanan Indonesia. "Pagi makan roti, siang nasi dengan lauk daging atau ayam yang enggak ada rasanya. Bosan banget, deh. Makanya saya lebih suka makan mi instan," cerita Darsem yang selama itu tidur di sel yang diisi 25-30 tahanan dari Indonesia, Pakistan, Philipina, dan lainnya.
Untuk makan di luar menu penjara, Darsem harus merogoh kocek sendiri. "Kalau mau beli, cukup menulis daftar barangnya, nanti akan diantar penjaganya." Uangnya? "Ya, dari Pemerintah Arab yang memberi tunjangan ke setiap tahanan sebesar 150 real per bulan. Uang itu juga untuk membeli sabun, odol, sampo, serta keperluan lain."
Tak banyak yang bisa dilakukan Darsem selama di penjara. "Paling mengobrol dengan teman-teman." Tapi entah mengapa, selama dipenjara Darsem lebih suka berteman dengan TKW asal Philipina. Makanya, ia pun kini fasih berbahasa Philipina. "Orang sana malah baik-baik."