Alun-alun merupakan jantung sebuah kota. Begitu pun di Kota Tegal, muncul sejumlah pedagang kecil dan besar di seputaran Alun-Alun Kota Tegal yang menjajakan beragam dagangannya, termasuk berbagai usaha kuliner. Tak ketinggalan Farikha (55) yang setia dengan meja kecilnya, berjualan salah satu makanan asli dan khas Kota Tegal, yaitu kupat bongkok.
"Nama bongkok diambil dari nama daerah asal makanan ini yaitu Bongkok, Larangan Kidul. Dulu saya jual per porsi harganya Rp 5, sekarang Rp 3 ribu," ungkap ibu empat anak ini.
Di Kota Tegal, kupat bongkok dikenal sebagai makanan yang biasa dijadikan sajian di pagi hari untuk sarapan. Kupat bongkok sebenarnya tidak memakai kupat atau ketupat, melainkan lontong. Potongan lontong kemudian ditaburi taoge rebus dan ramuan krupuk mi berbumbu pedas serupa sambal goreng yang oleh Farikha disebut daging bongkok.
Hampir sama seperti kupat glabed, lontong dan taoge disiram dengan kari tempe berwarna kuning lalu diberi kecap manis. Tempe yang digunakan dalam sayur kupat bongkok bukan tempe biasa. Karena yang digunakan adalah tempe yang sebelumnya disimpan selama dua hari sebelum dimasak dengan bumbu kari tanpa santan.
Itu mengapa ketika pertamakali menyeruput kuah kupat bongkok akan terasa sedikit rasa "khas" yang tidak akan pernah dirasakan sebelumnya. Rasa segar itulah yang mungkin membuat warga Tegal dan sekitarnya menjadikan sajian ini untuk sarapan. Tak heran, sejak membuka warungnya pada pukul 06.00 WIB, para pelanggan pun sudah mulai berdatangan membeli kupat bongkok buatan Farikha.
Edwin Yusman F