Elang Gumilang, Dari Jual Donat Sampai Minyak Goreng (1)

By nova.id, Selasa, 12 Juli 2011 | 23:18 WIB
Elang Gumilang Dari Jual Donat Sampai Minyak Goreng 1 (nova.id)

Aku ikut lomba Java Economic Competition yang diselenggarakan IPB. Berkat kerja kerasku, aku berhasil menang. Hadiah uangnya lumayan dan aku ditawari masuk IPB tanpa tes. Lalu, aku ikut juga Kompetisi Ekonomi untuk siswa SMA se-Jabodetabek yang diselenggarakan Fakultas Ekonomi, UI. Kembali aku menang. Aku juga dapat uang dan bisa masuk FE UI tanpa tes. Jutaan rupiah kukantongi.

Elang Gumilang Dari Jual Donat Sampai Minyak Goreng 1 (nova.id)
Elang Gumilang Dari Jual Donat Sampai Minyak Goreng 1 (nova.id)

"Orangtua mendidik Elang untuk mau bekerja keras demi meraih keberhasilan (Foto: Dok Pri) "

Buka Kursus 

Beberapa bulan jadi tukang minyak, aku berpikir, "Untuk mahasiswa, lebih baik usaha yang mengandalkan otak, bukan otot." Aku juga pernah mendengar pemikiran seperti ini. Selanjutnya, aku buka kursus bahasa asing. Semula, Bahasa Inggrisku enggak bagus. Tapi, aku rajin belajar untuk menguasainya. Aku bekerja sama dengan teman-teman mahasiswa yang sebelumnya pernah tinggal di luar negeri. Merekalah yang jadi pengajarnya. Sambil menjalankan usaha, aku juga terus belajar Bahasa Inggris.

Usaha ini sempat berjalan bagus, peserta kursus sampai ratusan orang. Namun, aku merasa kurang berkembang. Kelemahanku, aku single fighter. Sebab, aku mengurusi mulai marketing, pengadaan tempat, dan macam-macam seperti administrasi. Pengalaman ini merupakan sekolah entrepreneur yang betul-betul nyata. Aku belajar dari semua pengalamanku.

Aku mulai introspeksi, kenapa usahaku tak bisa berkembang. Kemungkinan besar, semua ini karena aku kurang bersyukur. Aku harus banyak beryukur. Selain itu, aku perbanyak salat istikarah. Sampai akhirnya, aku bermimpi, berada di New York. Di sekililingku ada bangunan-bangunan megah.

Ketika terbangun aku berpikir, "Mungkinkah mimpi ini jawabannya?" Ternyata, aku harus bisnis property. Tapi, bagaimana caranya seorang mahasiswa memulai bisnis seperti ini? Modalnya pun perlu miliaran rupiah

 Henry Ismono / bersambung