Pulang Melayat, Seluruh Keluarga Hilang Seketika (2)

By nova.id, Senin, 4 Juli 2011 | 02:01 WIB
Pulang Melayat Seluruh Keluarga Hilang Seketika 2 (nova.id)

Pulang Melayat Seluruh Keluarga Hilang Seketika 2 (nova.id)
Pulang Melayat Seluruh Keluarga Hilang Seketika 2 (nova.id)

"Lamijan, si pengemudi asli perahu nahas itu (Foto: Gandhi) "

Sudah Diperingatkan

Pengemudi asli perahu nahas yang dikemudikan Ngadiyono, Lamijan (30), mengaku, sebelum kejadian itu, sebenarnya dirinya sudah berulang kali memperingatkan Ngadiyono, agar tidak usah ikut-ikutan mengemudikan perahu. Soalnya, berbahaya dan berisiko besar. Apalagi dirinya masih anak-anak, yang baru lulus SD. "Apalagi sejak ada perahu yang tenggelam beberapa waktu lalu di Bojonegoro, saya sudah sering mengingatkan dia," kata Lamijan saat ditemui, Rabu (29/6).

Tak hanya itu, Lamijan mengaku sempat mengatakan kepada Ngadiyono, bila sekadar untuk mencari uang jajan, tak usah mengemudikan perahu, tetapi minta saja ke warung di dekat tambangan dan dirinya yang akan membayarkan. "Tapi dasar anaknya agak bandel, masih saja ikut-ikutan," papar Lamijan seraya menambahkan, perahu itu sebenarnya milik Wandi, sedangkan dirinya hanyalah karyawan.

Siang di hari nahas itu, tutur Lamijan, setelah mengambil penumpang dari Kanor menuju Modo, perahu itu kemudian ia tambatkan di tepian. Sambil menunggu penumpang, lelaki berambut gondrong yang masih ada hubungan keluarga dengan Ngadiyono itu mengaku makan siang di warung yang tak jauh dari lokasi penambangan. Ketika sedang enak-enaknya makan, tiba-tiba ia mendengar mesin perahu dihidupkan dan dijalankan menuju Kanor, sebab di sana sudah ada penumpang. Karena, sudah terbiasa melakukan hal itu, Lamijan lalu membiarkan saja Ngadiyono pergi.

Akan tetapi, alangkah terkejutnya ketika beberapa menit kemudian, ia mendengar teriakan minta tolong dari arah sungai. Lamijan pun langsung melompat dari kursi di dalam warung dan berlari menuju tepi Bengawan Solo. Ia melihat di tengah sungai perahu sudah tenggelam dan hanya terlihat penumpang yang berteriak minta pertolongan dengan kepala timbul tenggelam. Seketika itu, Lamijan langsung melompat dan berenang melintasi sungai selebar sekitar 100 meter itu untuk membantu menyelamatkan korban sebisanya. "Saya sendiri rasanya mau mati, dengan napas tersengal-sengal berkejar-kejaran dengan waktu menyelamatkan mereka," cerita Lamijan yang hanya bisa membantu menyelamatkan seorang wanita, sedangkan 10 lainnya sudah tenggelam.

 Gandhi Wasono M