Sahid (16) dan Diza (12) adalah dua anak panti asuhan Hikmatun Ayat Surabaya. Mereka mengenal Andriani pada 2010, sebagai trainer yang bekerja sama dalam program ITS Surabaya untuk memberdayakan karya kreatif anak-anak panti asuhan. Setelah mengikuti pelatihan, mereka pun dapat membuat berbagai pernak-pernik untuk anak.
Pelatihan sendiri dibagi per produk berdasar klasifikasi umur dan kemampuan masing-masing. Dengan keterampilan baru yang dimilikinya, Sahid mengaku senang. "Bisa menambah uang saku karena kalau dari yayasan, kan, sudah dijatah. Biasanya uang tadi dipakai untuk jajan, kebutuhan sekolah, dan sebagian ditabung. Setiap hari ada saja produk yang dibuat."
Awalnya, semua bahan baku dimodali Andriani. Tapi, karena sudah mandiri, panti asuhan ini telah memiliki toko yang menjual karya anak-anak panti. Sehingga donatur yang datang bisa membeli pernak-pernik kreasi mereka seperti bros, gelang, kalung, bando, gantungan handphone, gantungan tas, jepit jilbab. Harganya berkisar dari Rp 500 hingga Rp 10 ribu. "Dulu, sih, waktu pertama belajar, bikin bros saja susah. Tapi, sekarang sudah bisa bikin tidak sampai 1 jam."
Sahid juga berharap, karyanya bisa dijual di lebih banyak tempat, terutama di mal, agar bisa dibeli lebih banyak orang. "Kadang ada teman dan guru yang suka, jadi bisa dijual langsung. Uang yang saya dapat lebih besar," ucap Diza senang.
Kini, baik Diza maupun Sahid sedang melayani pesanan suvenir 400 bros dan 100 gantungan kunci. Jika menemukan ide baru untuk memperkaya karyanya, seringkali mereka mengutarakan idenya ke pembina yayasan. Setelahnya, Andriani akan mengajari mereka cara membuatnya.
Ade Riyani