Bahagianya Sang Ayah Setelah Rosita Pulang ke Rumah

By nova.id, Jumat, 17 Juni 2011 | 11:09 WIB
Bahagianya Sang Ayah Setelah Rosita Pulang ke Rumah (nova.id)

Bahagianya Sang Ayah Setelah Rosita Pulang ke Rumah (nova.id)

"Muhtadin (Foto: Ahmad Fadillah) "

Kelegaan terpancar di wajah Muhtadin (60)  saat ditemui di rumahnya di Kampung Cikelak, Desa Cinta Langgeng, Kabupaten Karawang, Kamis (16/6). Anak sulung, Rosita, yang sempat terancam hukuman pancung, akhirnya tiba kembali di rumah. "Tentu saja saya sudah lega, akhirnya Rosita pulang dengan selamat. Ia sampai rumah hari Minggu malam," tutur Muhtadin.

Buruh penebang bambu ini melanjutkan, bedanya tubuh Ros, sapaan anaknya, begitu kurus. "Dulu, badannya gemuk. Beratnya 50-an kilo, tapi sekarang susut drastis. Wajahnya tampak cekung. Maklum, selama 1,5 tahun ia harus hidup dipenjara. Padahal, ia tidak bersalah."

Muhtadin menceritakan perjalanan kelam nasib anaknya. "Kami sekeluarga hidup sangat sederhana. Kala itu, Ros ingin jadi TKW, seperti kebanyakan perempuan di kampung kami. Banyak yang berhasil jadi TKW dan bisa  membangun rumah. Ros pun ingin mengubah nasib dengan menjadi TKW," tutur Muhtadin.

DITUDUH TERLIBAT PEMBUNUHANSaat anak lelakinya berumur setahun, Ros melangkahkah kakinya merantau ke negeri orang, dua tahun silam. Ia bekerja di rumah majikan di Fujariah, Uni Emirat Arab. Bulan pertama di sana, "Ia sempat kontak saya, lewat telepon tetangga. Saya sendiri, kan, tidak punya HP. Saat itu ia mengatakan, majikannya baik dan sayang padanya.. Tentu saja saya jadi lega," kata pria bertubuh kecil ini.

Sempat pula Ros kirim uang dan diterima suaminya. Namun, itulah kiriman yang pertama sekaligus terakhir. Tak ada lagi kabar tentang Ros yang sampai ke telinga Muhtadin. Sampai akhirnya datang tamu dari Deplu ke rumahnya yang sederhana. Tamu ini memberitakan kabar buruk. "Katanya, Ros dipenjara. Ia dituduh terlibat kasus pembunuhan. Tentu saja saya terkejut. Saya bingung tapi enggak bisa berbuat apa-apa."

Belakangan Muhtadin paham, di rumah majikan itu ada satu TKW, teman Ros. Mereka tinggal di kamar yang berbeda. Suatu malam, pintu rumah majikan diketuk orang. "Ros yang membuka pintu. Tentu saja ia membukakan pintu karena yang datang anak majikan dan dua orang lagi yang masih kerabat majikan."

Setelah itu, Ros kembali ke kamarnya. Ia tidak tahu apa yang terjadi di rumah majikannya. Sampai pagi-pagi ketika ia bangun, polisi berdatangan ke rumah itu. Ternyata, TKW sahabat Ros ditemukan meninggal. "Kata Ros tidak ada bekas luka. Belakangan dari hasil pemeriksaan, pelaku pembunuhan adalah tiga orang yang masuk rumah. Celakanya, Ros dituduh terlibat, ikut membantu pembunuhan. Padahal, ia hanya membukakan pintu."

Bahkan, Ros mesti menjalani persidangan dan dihukum. Hukumannya tergolong berat. "Media memberitakan, ia akan dihukum pancung. Saya ini orang kampung yang bodoh. Tidak tahu harus berbuat apa. Saya gemetaran dan takut," papar Muhtadin yang sudah menduda sejak anak-anak masih kecil.

Tak ada yang bisa dilakukan Muhtadin selain menyerahkan masalah ini pada pemerintah. Ia berlega hati atas bantuan berbagai pihak, akhirnya Ros dibebaskan. "Ia memang tidak bersalah," katanya.

MASIH KETAKUTANMeski sudah kembali ke kampung halaman, menurut Muhtadin, bukan berarti Ros sudah bisa berlega hati. "Ia merasa ketakutan kalau ada orang tak dikenal datang ke rumah. Ia mengira akan dibawa kembali ke Arab. Makanya, untuk menenangkan hati, sekarang ia istirahat di rumah uwaknya," kata Muhtadin.

Muhtadin tidak mengerti, sampai kapan Ros seperti ini. Harapannya, mental Ros pulih lagi. "Saya belum tahu rencananya. Bisa jadi, suatu saat nanti ia akan kembali kerja. Habis di desa kami tidak punya apa-apa lagi. Terlebih lagi, suami Ros bekerja di Batam. Sekarang ini, saya yang merawat Ridho, anak Ros," katanya.

Di rumah sederhana yang terletak sekitar 40 km pinggir Karawang itu, Muhtadin hanya bisa berharap kehidupan anak-anaknya lebih baik dari nasibnya. "Selama ini saya menggantungkan hidup pada anak-anak. Kami sekeluarga, sekarang tinggal bersama anak kedua yang juga sudah menikah. Mudah-mudahan nasib Ros bakal lebih baik. Kabarnya, sih, pemerintah sedang mengusahakan gajinya selama ia bekerja."Henry Ismono