Keunikan Harry tak hanya sampai di situ. Semula, karena berharap ingin mencari uang tambahan, Harry mencoba menulis mengenai aktivitasnya yang sering menggunakan jejaring sosial dengan judul tulisan "Jejaring Sosial di mata Seorang Tukang Becak" dan mengirimkannya ke Harian KOMPAS. Tulisan itu kemudian dimuat di KOMPAS edisi Senin, 8 Februari 2010.
"Setelah tulisan saya dimuat KOMPAS, saya jadi makin semangat menulis dan mengirimkannya ke sejumlah koran lokal. Sayang, hasilnya enggak seperti yang diharapkan. Akhirnya, tercetus, bikin buku saja sekalian, biar lebih banyak yang baca," katanya
Gayung bersambut, ia pun bertemu pria bernama Sonny Set, yang kemudian mengenalkan Harry ke penerbit. Dalam hitungan bulan, Harry sudah bisa menerbitkan bukunya, The Becak Way. "Saya bangga karena buku saya diberi kata pengantar oleh Walikota Yogyakarta Herry Zudianto, bahkan Rektor Kolase de Brito Joseph Ageng Marwata SJ memberi laptop agar saya bisa terus menulis."
Kini, di sela kegiatannya menarik becak, Harry memiliki kegiatan baru. Yakni melayani berbagai media nasional, bahkan internasional yang tertarik mengisahkan lika-liku kehidupannya. "Saya masih Harry van Yogya atau Harry dari Yogya seperti dulu, tidak ada yang berubah. Kalau ada seminar atau promo buku, terpaksa saya tidak menarik becak. Tapi sehari-harinya, ya, saya tetap mangkal mencari penumpang," ujarnya rendah hati.
Swita / besambung