Inovasi Oleh-oleh Jogja, Selalu Dicari dari Masa ke Masa (2)

By nova.id, Rabu, 4 Mei 2011 | 17:04 WIB
Inovasi Oleh oleh Jogja Selalu Dicari dari Masa ke Masa 2 (nova.id)

Inovasi Oleh oleh Jogja Selalu Dicari dari Masa ke Masa 2 (nova.id)
Inovasi Oleh oleh Jogja Selalu Dicari dari Masa ke Masa 2 (nova.id)

"Beberapa produk Bakpiapia seperti pia, bakpia, ampyang (Foto: Noverita) "

Wariskan Bisnis

Dalam pembuatannya, BD tak menggunakan bahan pengawet. "Bakpia kacang hijau, karena agak basah, jadi hanya tahan lima hari. Sementara bakpia keju dan cokelat bisa tahan sampai 10 hari. Sedangkan pia, merupakan inovasi dari bakpia kacang hijau dengan filling dan topping beragam."

Menurut sang bunda, Ny. Rasuna, ia ingin menambah berbagai rasa lagi terutama buah-buahan segar. "Banyak sekali jenis buah-buahan yang bisa diisi. Bahkan saya ingin mencoba rasa asin, meski masih diuji coba dulu," ujar Ny. Rasuna yang siap menurunkan ilmunya kepada tiga anaknya. "Saya, kan, sudah tua. Sudah selayaknya mereka yang muda-muda meneruskan bisnis ini. Saya mau fokus di usaha apotek saja," kata Ny. Rasuna yang pernah mendapatkan penghargaan UKM Enterprenuer Award on Innovation 2010.

Diakui Tano, banyak yang berminat membeli waralaba BD, namun sementara ini belum dilakukan. "Kami harus menguatkan dulu brand-nya, baru berani jual waralaba." Uniknya, keluarga Rasuna dan Zuhad ini tak punya latar belakang bisnis. Ny. Rasuna berlatar belakang apoteker, Marizna berlatar belakang ilmu teknik. Sang ayah, Zuhad, jago mendesain, Tano berbekal ilmu komunikasi periklanan, dan adik bungsu Tano lulusan ekonomi akutansi.

Lalu, bagaimana mereka menjaga kekompakan? "Rapat direksi kami lakukan di rumah. Sambil nonton teve juga bisa sambil rapat. Ha ha ha... Begitu ada ide, bisa langsung dilontarkan," jelas Tano sambil tertawa.

Berbagai suka duka pun pernah dirasakan keluarga ini selama mengembangkan BD. "Kami pernah minta bantuan tukang becak untuk memperkenalkan BD ke wisatawan. Sayangnya, lama-lama mereka tidak fair, jadi kami hentikan kerja samanya. Pernah juga kami diminta mal besar di Jakarta untuk menjual BD di sana. Tapi harga yang diminta mahal sekali," kenang Marizna.

Toh, semua itu tak menyurutkan semangat mereka mengembangkan BD. Hasilnya, terbukti BD telah menjadi salah satu pilihan oleh-oleh dari Yogyakarta.

Noverita K. Waldan