Ketika itu, masalah kembali menggunung. Selain persoalan Bintang, pada saat yang bersamaan suami di PHK dari perusahaannya. Begitu banyaknya pikiranberkecamuk di dalam kepalaku, sepulang dari kantor ku mengalami kecelakaan. Untung tidak fatal, tapi kaki kanan kiriku luka akibat terjatuh dari motor.
Sejak itu, aku semakin tak mampu lagi menahan beban pikiran. Di kantor aku menangis, sehingga aku tak bisa lagi menututpi persoalan di hadapan teman-teman kerjaku. Beruntung sekali, teman-teman mendukungku. Mereka justru menyalahkan aku, mengapa beban itu tak diceritakan sejak dulu.
Selanjutnya, mulailah aku mendapat informasi, adanya toko yang menjual peralatan alat bantu dengar. Tetapi, harganya selangit, yaitu Rp 23 juta. Uang sebesar itu bukan lah jumlah yang sedikti bagi kami. Demi Bintang dan atas keikhlasan orangtua dan sauadara-saudara kami, rumah ibu peninggalan mendiang ayah di Buduran, Sidoarjo yang kami tinggali bersama-sama, akhirnya kujual. Hasilnya, setelah untuk membayar hutang yang selama ini untuk membiayai pengobatan Bintang, kami belikan alat bantu dengar.