Duka Istri Irzen Octa (1)

By nova.id, Senin, 11 April 2011 | 17:07 WIB
Duka Istri Irzen Octa 1 (nova.id)

Duka Istri Irzen Octa 1 (nova.id)
Duka Istri Irzen Octa 1 (nova.id)

"Mendiang Irzen Octa, semasa hidup begitu dekat dengan istri dan dua anaknya (Foto: Repro Ahmad Fadilah) "

Debt collector sudah pernah menagih ke rumah juga?

Tiga tahun belakangan ini, memang usaha Bapak tidak selancar dulu. Mulai ada orang yang mengaku dari Citibank datang menagih. Oktober tahun lalu, pernah malam-malam ada enam orang datang ke rumah. Bapak sudah menjelaskan, belum bisa membayar. Namun, mereka ngotot. Bahkan, mereka sampai menginap di teras rumah. Jangan tanyakan bagaimana perasaan saya saat itu. Tidak hanya terteror, tapi juga malu. Anak-anak juga merasakan hal yang sama.

Saat itu, Bapak diminta menyelesaikan urusan di kantor Citibank. Makanya Bapak datang ke sana. Wah, saya sempat cemas juga. Saya sempat menelepon untuk menanyakan keadaannya. Saya takut terjadi apa-apa. Tapi, saya menenangkan diri, toh, Bapak datang ke Citibank, sebuah perusahaan yang besar, enggak mungkin ada apa-apa. Begitu pikir saya.

Saat menelepon itu, Bapak bilang apa?

Katanya akan mencoba menawarkan solusi terbaik. Bapak, kan, punya usaha pengiriman barang. Citibank pasti juga butuh jasa kirim barang. Bapak menawarkan solusi, pembayaran kartu kredit diangsur dari kerja sama pengiriman barang itu. Sayang, tawaran itu tak ada jawaban.

Ada firasat sebelum kejadian ini?

Hari sebelum kejadian, penagih kartu kredit itu datang lagi. Enggak lama, sih. Usai tamu pulang, saya sempat tanya Bapak bagaimana hasilnya. Sama seperti kedatangan sebelumnya, Bapak tetap diminta untuk datang ke kantor Citibank.

Saya tidak merasakan firasat yang buruk. Makanya, saya tak percaya ketika kabar duka itu datang.

Kira-kira bagaimana perlakuan Citibank kepada Bapak?

Kabarnya Bapak dibawa ke ruang khusus, lalu ia sendirian menghadapi para penagih itu. Saya tidak bisa membayangkan situasi saat itu (suara Esi mulai bergetar). Saya sedih ketika mendengar, saat di ruangan itu Bapak dibilang tidak kooperatif. Apa betul seperti itu?

Yang pasti, Bapak datang dalam keadaan sehat dan selama ini Bapak tidak punya riwayat sakit berat. Rasanya enggak mungkin Bapak tiba-tiba jatuh dan mengeluarkan darah di hidungnya. Belakangan ini saya juga dengar kabar, saat teman Bapak datang ke sana yang kabarnya ditelepon oleh salah satu pelaku, Bapak dibiarkan terkapar sampai beberapa saat. Bapak dibiarkan terbaring karena dikira pura-pura pingsan. Padahal, saat itu kemungkinan Bapak sudah meninggal. (Esi bicara dengan suara tersendat.)

Henry Ismono / bersambung