Ketika Nyawa Agnes Dicabut Paksa Sang Bunda (1)

By nova.id, Selasa, 29 Maret 2011 | 17:06 WIB
Ketika Nyawa Agnes Dicabut Paksa Sang Bunda 1 (nova.id)

Ketika Nyawa Agnes Dicabut Paksa Sang Bunda 1 (nova.id)
Ketika Nyawa Agnes Dicabut Paksa Sang Bunda 1 (nova.id)
Ketika Nyawa Agnes Dicabut Paksa Sang Bunda 1 (nova.id)

"Di kamar ini, jasad Agnes sempat disimpan selama tiga malam (Foto: Sukrisna) "

Pacar Singapura

Kehidupan Agnes dan Mel, menurut cerita Alin, biasa-biasa saja. "Kalau toh ada ribut-ribut, ya, masih wajar. Namanya juga tinggal satu rumah," kisah Alin. Yang jelas, lanjut Alin, tugas menopang ekonomi keluarga justru ada di pundak Agnes. "Semua kebutuhan ibunya, mulai dari makan, beli rokok, sampai uang kontrakan, Agnes yang bayar."

Alin enggan menyebutkan di mana dan sebagai apa perempuan cantik ini bekerja. Yang jelas, kata Alin, Agnes selalu berangkat sore atau malam dan pulang dini hari atau esok hari. Pergi pun selalu dijemput taksi. "Nenek yang sering mencarikan taksi dan mengantar Agnes sampai ujung gang."

Kalaupun ada kejadian yang aneh, tambah Alin, hari Sabtu dan Minggu sebelum kejadian, Agnes justru tak "bekerja". Kalau tak keluar malam, kata Alin, Agnes hanya di rumah. "Ya, siangnya paling istirahat. Kalau toh keluar, paling cari makan." Agnes juga memelihara dua ekor anjing. "Makanya ruangan di sebelah juga disewa untuk kandang anjing."

Sepengetahuan Alin, Agnes yang cantik dan suka bergaul dengan orang asing ini, sudah punya pacar. "Kalau enggak salah, namanya Kendy, warga negara Singapura. Pernah, kok, beberapa kali ke rumah sini." Bahkan, seperti ditambahkan Budi, kabarnya sudah ada rencana untuk menikah. "Cuma kapan persisnya akan kawin, saya tidak tahu," kisah Budi yang tahu istrinya selama ini memang tak pernah bekerja. "Hobinya ikut lomba burung merpati. Sejak dulu, dia memang suka memelihara binatang."

Di rumah kontrakannya, Mel memang punya kandang Merpati. "Katanya, sih, harganya sampai ratusan ribu," kata Alin. Sehari-hari kerja Mel hanya mengadu merpati saja. "Kalau mengadu, kadang sampai Bogor naik motor bareng teman-temannya," jelas Budi yang menilai istrinya termasuk wanita yang suka jalan.

Gara-gara suka ikut "lomba" merpati pula, Mel sempat menggadaikan motor yang disewanya. Jelas pemiliknya marah dan menuntutnya. Ujung-ujungnya, Agnes juga yang harus merogoh kocek untuk menebus motor orang yang digadaikan sang bunda. Sejak itu, Agnes lalu membeli motor matic. "Ibunya juga yang pakai. Belakangan, Agnes malah beli sepeda."

Sukrisna / bersambung