Sudah sejak remaja Mini Pramono (38) hobi memotret. Ketika itu, dengan kamera saku, Mini senang sekali mengabadikan landscape atau gambar-gambar pemandangan seperti sawah, gunung, dan laut. Kesukaannya terus berlanjut sampai ia menikah dengan Pramono.
Mini berusaha menambah ilmu fotografi dengan melihat-lihat situs fotografi, sampai akhirnya menemukan www.ayofoto.com (AF). Di sana, foto-foto karya anggota komunitas banyak dipajang. "Sepanjang tahun 2007-2008, saya hanya melihat-lihat. Belum berani mengirim kan karya," kata Mini.
Namun, Mini juga berusaha mempelajari teknik foto. Apalagi, banyak komentar yang sifatnya membangun setelah sebuah foto diunggah. Sampai akhirnya suatu hari, Mini memberanikan diri mengirimkan karyanya, namun dengan nama Monof. Sengaja ia meminjam nama suaminya. "Soalnya, banyak yang underestimate sama perempuan yang hobi motret," lanjut ibu dua anak yang saat ini tidak lagi memotret menggunakan kamera saku. Ia kini menggunakan kamera SLR.
Mini terhitung produktif mengirimkan karyanya, baik foto pemandangan maupun foto-foto lain. Komentar-komentar yang masuk membuat ia makin memahami teknik fotografi. Hampir tidak ada komentar yang sifatnya menjatuhkan. "Ada yang berkomentar, 'Fotonya asyik. Tapi lebih baik lagi kalau detailnya diperhatikan.' Wah, para senior tidak keberatan membagi ilmu," tuturnya.
Mini pun makin leluasa menekuni hobinya. Ia kerap ikut dalam acara kopi darat dengan teman-teman komunitas. "Setidaknya kami bertemu dua bulan sekali sambil ngopi di kafe. Kami banyak sharing, misalnya tentang olah foto digital."
Terkadang, Mini dan rekan-rekannya juga hunting foto bareng. Misalnya saja, bersama-sama memotret model. Dari sana, kemampuannya memotret kian terasah. Ia pun kian memahami ada beberapa kategori foto. Salah satunya, "Memotret dengan menggunakan lensa yang obyeknya kecil, seperti serangga."
Potret Raja Ampat
Mini pun pernah menggagas acara foto. Beberapa waktu lalu, ia hunting foto di Cibubur. Awalnya, ia memperkirakan hanya mengundang 15 orang. Ternyata, yang hadir sekitar 30-an orang. "Peminatnya banyak, tapi perempuan yang suka foto, jumlah masih belum banyak," ujarnya yang semula minder bergabung dengan kawan-kawannya. "Karena teman-teman begitu baik, sekarang saya makin semangat."
Karyawati Depkominfo ini mengaku kerap ikut berbagai acara. Tahun lalu, ia ikut tim peliputan acara Zoo Polygon Jakarta Challenge 2010, acara sepeda yang melombakan beberapa kategori. Saya ikut liputan selama dua hari," ujar Mini. Bahkan, di acara Jakarta Carnaval 2010, Mini termasuk panitia bidang fotografer. "Saya satu-satunya perempuan."
Demi hobi memotret, Mini juga kerap berburu ke berbagai daerah, misalnya Bangka Belitung dan Ternate. Seperti backpacker, ia menginap di rumah-rumah penduduk. "Pagi-pagi berangkat agar hari itu juga bisa hunting foto. Kadang sampai di daerah, pas hujan deras. Nah, dengan kemampuan memotret, saya masih bisa dapat foto dengan hasil bagus, meski kondisi hujan," kata Mini yang sering hunting ditemani suami.
Mini juga punya pengalaman seru saat bersama teman-temannya menjelajah ke Raja Ampat di tanah Papua yang terkenal dengan pemandangan lautnya yang memukau. Setelah terbang ke Papua, perjalanan harus dilanjutkan melewati lautan lepas dengan speed boat. Dari 11 orang, Mini satu-satunya perempuan. Sampai Raja Ampat, tubuhnya gosong terbakar matahari. Namun, semuanya terobati oleh keindahan alam Raja Ampat yang menurut Mini, "Luar biasa indah. Senang sekali saya bisa mengabadikan alam Raja Ampat," kata Mini.
Hasil hunting-nya ini ternyata berbuah manis. Foto-foto pemandangannya digunakan untuk kalender dan buku agenda di Depkominfo. Tentu saja ia dapat honor lumayan. Selain itu, Mini juga kerap memajang karya di foto stok situs fotografi. Bila ada yang mengunduh fotonya, Mini akan mendapatkan royalti. "Hitung-hitung dapat passive income. Beberapa foto saya di AF, sudah di download orang, lho."
Henry, Hasuna / bersambung