Prof. Dr. Sutarjadi: "Herbal Indonesia Bisa Berjaya" (1)

By nova.id, Jumat, 18 Maret 2011 | 17:00 WIB
Prof (nova.id)

Prof (nova.id)
Prof (nova.id)
Prof (nova.id)

""

Dua Pilihan

Di negara-negara Eropa yang teknologinya terbilang maju, ujar Sutarjadi, perkembangan obat tradisional justru sudah sangat pesat. "Di Jerman saja, ada sebuah lembaga tempat berkumpulnya para pakar pengobatan herbal yang disebut fitoterapi. Lembaga ini terus berkembang hingga saat ini dan menjadi bagian dari pemerintah untuk memberi pilihan kepada masyarakat dalam mengobati penyakit. "

Lain lagi di Cina. Traditional China Medichine (TCM) di Negari Tirai Bambu berkembang sangat pesat, sampai merambah jauh ke berbagai negara, termasuk Indonesia. Di Malaysia pun, penjualan obat-obatan herbal melalui sistem multi level marketing (MLM) dikonsumsi negara lain, termasuk Indonesia.

"Sebenarnya, banyak sekali obat modern yang pada awalnya berasal dari obat tradisional. Kulit pohon kina, misalnya, dijadikan bahan utama yang berfungsi sebagai obat malaria. Temulawak yang kini populer dengan sebutan curcuma dikembangkan oleh produsen obat modern untuk meningkatkan kekebalan tubuh dan meningkatkan nafsu makan untuk anak," imbuh Sutarjadi yang disertasi doktornya meneliti pohon tiken, yang ekstraknya bisa dijadikan pemalsu candu.

Namun, Sutarjadi juga mengakui, bila ingin memajukan pengobatan herbal, para dokter juga harus berperan aktif. Bagaimanapun juga, dokter adalah orang pertama yang menghadapi pasien. Dari mereka pula, pilihan itu selayaknya ditawarkan.

Ilustrasinya, ketika dokter telah melakukan diagnosa tentang penyakit pasiennya, akan diberi pilihan. Apakah memilih menggunakan pengobatan modern atau tradisional. Bahkan bisa menggabungkan keduanya.

Pasien juga akan dijelaskan mengenai efek yang mungkin diterima setelah melakukan terapi herbal. Secara medis, obat herbal yang penggunaannya kurang tepat memang bisa berdampak negatif. "Tapi, bila dibandingkan dengan dampak kekeliruan obat kimia, tentu jauh lebih kecil."

Efek lainnya, faktor ekonomis. Semahal-mahalnya obat herbal, kata Sutarjadi, kisaran harganya tetap saja di bawah obat kimia modern. "Ini yang saya maksud. Jika dikembangkan, akan menguntungkan masyarakat umum."

Gandhi Wasono M / bersambung