Melongok Wisata Alam Terbuka (2)

By nova.id, Kamis, 3 Maret 2011 | 17:07 WIB
Melongok Wisata Alam Terbuka 2 (nova.id)

Menurut O. Tobing Sihite (74), pendiri kolam ini, awalnya ia juga tak tahu bila dekat rumahnya ada fenomena alam air soda. "Di tahun 1970, tempat ini masih rawa. Sebenarnya, kami ingin mengerjakan lahan persawahan. Namun, saat tanah dicangkul keluar air yang terasa hangat. Saya kaget karena ada mata air yang terasa hangat. Setelah saya cicipi airnya, kok, seperti air soda," ujar Sihite.

Bertekad mengurus kolam pemandian ini, Sihite lantas meninggalkan pekerjaannya sebagai bidan di Jakarta. "Niat buka lahan pesawahan juga berubah. Akhirnya, kami buat kolam pemandian di dekat area pesawahan," cerita Sihite, yang membangun Kolam Air Soda ini sejak 1976.

Pada 2004 lalu, Pemkab Tapanuli Utara memperluas areal kolam sekaligus membangun dek semen permanen. Kolam Air Soda ini pun lantas dijadikan obyek wisata. Karena berasal dari mata air, air yang keluar dari dasar kolam akan terus mengalir ke atas. Terletak di kaki gunung, wilayah ini masih minim polusi. Airnya biru dan bening. Sambil berenang, pengunjung bisa menikmati pemandangan alam yang masih murni. Kabarnya, air soda ini dapat menyembuhkan sejumlah penyakit, seperti gatal-gatal, rematik, asam urat dan pengapuran. Caranya, air soda langsung diminum. Tapi, hati-hati kalau terkena mata agak terasa perih.

Konon, Kolam Air Soda hanya ada dua di dunia, di Prancis dan Tapanuli Utara.

Di Tapanuli, lokasi ini setiap hari dikunjungi ratusan orang, baik dari luar kota maupun turis mancanegara. "Biasanya di hari libur, pengunjung rela antre untuk bisa mandi. Selain diminum, pengunjung dari luar kota juga biasa ambil air dari sumber mata air untuk dibawa pulang. Mereka bawa airnya pakai jerigen atau botol air mineral," ujar Sihite.

Saat ini, Sihite menjadikan Kolam Air Soda di lahan miliknya sebagai mata pencaharian keluarganya. Ridwan, anak sulung Sihite, yang saat ini mengelola kolam itu.

Debbi Safinaz

Foto: Debbi Safinaz