Saat ditemui di kantornya, Rabu (16/4), Ligwina Hananto enggan menyebutkan nama Ferdi Hasan. Wina beralasan, dalam situasi apa pun, ia harus melindungi data kliennya. "Sesuai kode etik, planner wajib menjaga dan tidak boleh membocorkan data klien," cetusnya.
Dalam membuat rencana keuangan, saat klien sudah berhasil memenuhi target dana darurat, dana pendidikan, dan dana pensiun, ia selalu merekomendasikan opsi deposito, surat berharga, atau obligasi, dan properti. "Ada klien yang menolak deposito karena keuntungannya dianggap kecil."
Saat klien memilih obligasi, misalnya, Wina akan mengajak klien untuk mengobrol dengan manajer investasi. "Bukan merekomendasikan, tapi mencari tahu ada produk apa saja di sana." Akan tetapi, Wina selalu melakukan verifikasi produk investasi kepada kliennya. "Saya punya proses verifikasi. Bagaimana cara kerjanya? Underlying asset-nya? Bagaimana kalau kolaps?"
Kebun jati, misalnya. "Klien membeli tanah dan akan mendapatkan tanah kalau ada apa-apa, asalkan suratnya benar. Tapi, bagaimana kalau ternyata pemilik tanah tersebut juga ditipu? Oh, dia mau mengembalikan uang pembelian dalam jumlah bulat, kok." Tapi, lanjut Ligwina, ternyata klien tersebut menginginkan harga yang lebih tinggi. "Padahal di perjanjian tak seperti itu."
Wina pun membantah pemberitaan yang menyebutkan ia menyuruh klien menjual reksa dana. "Saya juga tidak memilih kepemilikan saham di perusahaan-perusahaan tersebut." Wina juga mengaku siap bila dipanggil pihak berwajib. "Insya Allah, mari kita hadapi! Dengan cara itu, saya malah bisa menjabarkan data yang saya miliki," ucapnya sambil tersenyum.
Hilbram Dunar Paham Risiko
Presenter dan penyiar radio, Hilbram Dunar memang tertarik dalam hal investasi. Ia mengatakan sejak awal mencoba berbagai bentuk investasi. Ia pun mengaku menggunakan jasa perencana keuangan QM Financial sejak tahun 2009, "Butuh waktu berbulan-bulan untuk percaya soal investasi. Aku juga cuma mau Wina yang mengurus investasiku," ungkapnya.
Disinggung mengenai untung rugi, Hilbram menguraikan pengalaman pribadinya. "Saya pernah mengalami keuntungan yang lumayan saat mencoba saham, lalu mencoba investasi yang lebih agresif. Setelah ngobrol dengan teman-teman di QM, saya mau mencoba emas. Tapi, enggak tahu kenapa saat mau bertransaksi, saya ragu dan enggak jadi."
Hilbram juga mencoba agrobisnis dan memilih singkong. "Sampai sekarang macet. Tapi, belum berani bilang gagal. QM mencoba memberikan penjelasan kalau investasi yang mentok ini belum berarti mereka tidak bertanggung jawab. Katanya, mereka masih mau mengelola dana yang ada dan kalaupun tidak dapat untungnya, paling enggak uangnya dikembalikan dari apa yang sudah dinvestasikan. Jadi, aku masih menunggu sampai saat ini," ungkapnya.
Meski diliputi kecemasan, Hilbram menyadari risiko berinvestasi. "Aku sadar bahwa investasi berisiko dan saat kena risikonya, ya sudah." Ditanya apakah ia kapok, Hilbram menggelengkan kepala. "Tapi, akan lebih berhati-hati." Apalagi, lanjut Hilbram, "Investasi memang sangat dipengaruhi kepercayaan dengan orang yang menawarkan. Ini yang sudah dikenal dan dihitung banget saja bisa lost, tapi itulah risiko. Namun karena sebelumnya ada untungnya, ya cukup fair, kok," pungkas Hilbram.
Tumpak Sidabutar