Sepeda fixie memang untuk gaul dan gaya. Itu yang dirasakan Willyana alias Willy (23). Karyawati sebuah operator seluler ini mengaku "diracuni" sepeda oleh pacarnya, Donny Dwi Putra (23). Willy merakit sepeda dengan komponen kelas menengah. "Pengin, sih, ganti wheelset (roda) dengan merek tertentu, tapi harganya, hmm... Sayang uangnya, ha ha ha..."
Yang dimaksud gadis ini adalah wheelset palang seharga Rp 5 juta. "Saya, kan, belum lama 'main' sepeda fixie. Ini juga karena ikut teman-teman dan 'diracuni' pacar," tambah Willy yang suka fixie karena warna-warna yang ngejreng.
Aksesori sepedanya juga tak banyak dibeli Willy. Paling hanya topi keluaran Knog, yang belakangan ini seakan sudah jadi "satu paket" dengan sepeda fixie. "Baju dan sepatu, sih, pakai yang ada saja."
Begitulah, peminat sepeda fixie makin meluas saja, meski mayoritas penggunanya pelajar dan mahasiswa. "Banyak juga pasangan muda," kata Naga, pemilik toko sepeda Monster Bike di Jakarta.
Tren sepeda fixie mulai tumbuh sekitar bulan Juni tahun lalu. Sejak itu, peminatnya makin membludak.Sebagai indikasi, ketika car free day (CFD) berlangsung di Jl. Thamrin dan Sudirman, Jakarta, sepeda warna-warni itu mendominasi kawasan bebas kendaraan itu. Awalnya, orang memang tertarik pada fixie karena harganya relatif murah, tapi kini hal itu tak berlaku lagi. Komponen sepeda langsing ini bahkan sudah mencapai harga selangit.
Salah satu toko yang menyediakan spare part dan melayani perakitan fixie adalah Monster Bike yang bisa melayani sesuai bujet atau komponen pilihan konsumen. "Memang jarang ada fixie yang dijual full bike. Makanya, di sini melayani perakitan."
Naga mendatangkan semua komponan dari Taiwan, yang memang menjadi pusat pabrik sepeda. Monster Bike biasa melayani perakitan sepeda mulai dari Rp 5 Juta. Hanya saja, kata Naga, Sukrisna / bersambung