Semarak Warna Jajanan (1)

By nova.id, Rabu, 19 Januari 2011 | 17:03 WIB
Semarak Warna Jajanan 1 (nova.id)

Semarak Warna Jajanan 1 (nova.id)
Semarak Warna Jajanan 1 (nova.id)
Semarak Warna Jajanan 1 (nova.id)

"Foto: Edwin "

Siomay Pink Bangkitnya Si Mantan Milyarder

Berbalut busana dan aksesori serba pink (merah muda), pedagang siomay bernama Sriyono (57) ini akan sangat mudah ditemui di sudut Jalan Barito, Jakarta Selatan. Bukannya tanpa alasan bila Yono memilih beratribut serba pink saat berjualan "Alasan pertama, buat menarik pelanggan. Kedua, saya berharap bisa masuk media massa, lalu dikenal banyak orang, dan beritanya sampai ke anak-anak dan mantan istri saya," tukas Yono serius.

Sejak bercerai pada 2004 silam, Yono mengaku sulit bertemu kedua buah hatinya. "Warna ini (pink, Red.) adalah warna kesukaan anak saya, Peksi Safira Miradalita (11) dan Pramesti Dewi Angelita (10). Biar mereka tahu kalau ayah mereka yang bernama Sriyono ini masih hidup dan sangat kangen sama mereka," ungkapnya.

Pria ini mengaku, menggeluti siomay sejak 1980. "Tahun 1979 saya bertemu dengan seseorang asal Bangka keturunan Cina yang mengajarkan saya cara membuat siomay," terangnya.

Pelan tapi pasti, usaha yang dipilih Yono untuk berjualan siomay kian besar, bahkan pernah membuatnya jadi milyarder. "Tahun 2003, usaha siomay saya, Siomay Senayan, awalnya bisa memberi pemasukan hingga Rp 2 Milyar per tahun. Tapi usaha itu pun goyah. Badai yang menerpa kian besar, usaha saya makin terpuruk. Saya kehilangan semua harta sampai pernah jadi tuna wisma di tahun 2008," kenangnya.

Tidur dari masjid ke masjid, pun dilakoni Yono. "Paling lama di Masjid Al-Bina, Senayan, Jakarta Pusat. Saya juga harus menjual semua harta termasuk Hak Cipta nama Siomay Senayan. Usaha saya hancur akibat salah manajemen."

Tarik Pelanggan

Kehilangan harta dan anak-anak membuat Yono nyaris mengakhiri hidupnya. "Saya mulai mengumpulkan uang sedikit demi sedikit sebagai modal untuk bangkit. Tahun 2009, ada orang yang mau memodali saya buka outlet di Pasaraya, Blok M, Jakarta Selatan. Sayang, baru sebulan sudah bangkrut. Sekarang saya masih berhutang sekitar Rp 13 juta di Pasaraya karena tak sanggup bayar sewa tempat."

Usai menutup outlet di Pasaraya, Yono tak menunggu lama untuk kembali berjualan siomay. Kali ini, ia memilih menggunakan sepeda seperti dulu ketika ia memulai usaha. Siomay yang dijual per potong Rp 4.000, pelanggan dapat menikmati lezatnya siomay hasil olahan sang pembuat siomay yang sudah memiliki pengalaman tahunan ini.

Apakah siomaynya juga berwarna pink? Ternyata tidak. Ia sekadar ingin menarik perhatian calon pembeli dengan menggunakan sepeda dan atribut pakaian serba pink. Yono yang memiliki boneka pink 6 buah, topi pink 12 buah, baju pink 40 potong dan celana pendek pink 20 potong ini, berharap bisa mengulang kesuksesannya.

Sita Dewi, Edwin / bersambung