Rasa cabai tak selamanya harus pedas. Mau bukti? Kunyahlah manisan cabai merah asal Medan ini. Aromanya memang masih terasa bau cabai. Namun saat digigit, terasa renyah dan manis. Renyahnya manisan cabai ini lantaran teknik pembuatannya yang baik, sehingga tak menyebabkan gula menempel pada cabai dan tak menyebabkan lengket. Bentuk dan warnanya pun tetap menawan seperti cabai segar yang baru saja dipetik dari kebun.
Bila musim haji tiba, orang Medan biasanya menghidangkan manisan cabai sebagai suguhan untuk para tamu. Manisan cabai juga sering dipersembahkan para pemilik acara sebagai suvenir bagi para tamu. "Ibu-ibu pejabat yang mau mengawinkan anaknya akan minta saya merangkai manisan cabai jadi bentuk pohon. Jadi kalau tamu mau mencicipi, tinggal tarik saja. Satu pohon manisan cabai harganya Rp 400 ribu. Sementara saya jual per kilo, Rp 100 ribu," jelas Kharimah (40) atau Ima pembuat manisan cabai di Medan sejak 2004.
Orang Melayu menyebut manisan dengan istilah kalua. Kalua (manisan) cabai ini makin sedap rasanya bila disimpan dulu beberapa saat dalam kulkas. Bahkan, kalua cabai bisa tahan hingga 2-3 tahun, bila diproses dengan baik.
Harga Tinggi
Untuk mendapatkan rasa yang pas di lidah, Ima mengaku harus melalui serangkaian percobaan terlebih dahulu hingga mendapatkan rasa yang benar-benar pas. Sedangkan untuk pemasarannya, awalnya Ima hanya mengikuti pameran, tapi kemudian dibantu Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda), Sumut, sehingga usahanya bisa semakin berkembang pesat.
Setelah bergabung dengan Dekranasda, Ima merasa dagangannya makin dikenal dan dicari orang. "Peminat manisan cabai ini masih kalangan high class karena harganya masih tergolong tinggi," terangnya. Namun, Ima berani membuat manisan cabai sekitar 10-100 Kg per hari, meski kadang belum tentu habis dalam sekejap. Apalagi bila menghadapi hari-hari besar keagamaan, ia meningkatkan jumlah produksinya.
Pembeli dari luar Kota Medan pun akan dilayani Ima. "Manisan cabai akan sampai di tangan bisa sudah mentransfer uangnya," jelasnya.
Nove, Debbi / bersambung