"Di dalamnya saya isi wortel, bihun, dan bumbu cabai merah. Tahu yang sudah diisi, saya masukkan ke adonan tepung terigu berbumbu pedas. Jadi, rasanya benar-benar pedas," tutur Firman yang menamakan gehunya Hot Jeletot.
Saking lakunya, Firman pun mulai membuka sistem waralaba, yang kini sudah ada 10 cabang di Bandung. Dengan modal Rp 10 juta, pembeli waralaba Gehu Hot Jeletot sudah dapat gerobak dan bahan baku. "Pewaralaba bisa untung Rp 100 dari setiap tahu yang laku," papar Firman yang kini sudah memiliki 20 pegawai.
Menurut Firman, jika ingin berbisnis, harus selalu inovatif dan kuat mental. "Banyak yang minta franchise di luar kota, tapi saya belum berani karena kendala di bahan baku. Saya juga tidak mau mengurangi kualitas rasa, meski harga cabai terus naik," kata Firman yang bisa meraup untung Rp 15 juta per bulan.
Banyaknya cabang tak membuat Firman kesulitan melakukan pengawasan. Tinggal menghitung berapa jumlah tahu yang laku. "Jadi saya enggak akan bisa dibohongi," tandas Firman.
Tarmizi, Nove / bersambung