Sekitar empat tahun saya memendam masalah rumah tangga ini, tapi Tutik tak pernah mau bertobat. Malah, perselingkuhan Tutik dengan seorang pria muda yang juga berprofesi sebagai sopir angkutan kota, semakin menjadi. Seakan tanpa hati dan perasaan, ia melakukannya secara terang-terangan di depan mata saya.
Pria itu pun bahkan sudah berani datang ke rumah dan bercinta di ranjang kami. Ret cerita, ia pernah melihat mereka berangkulan. Sekali lagi saya minta penjelesan Tutik tentang perselingkuhan di kamar itu, dan tanpa malu ia mengakuinya. Tapi, lagi-lagi, saya kembali memaafkan ketika Tutik bersimpuh di kaki saya memohon ampun.
Nah, di hari kejadian itu, Minggu (21/11) sekitar jam 08.00, ketika baru bangun tidur saya mendapati SMS di ponsel dari pria muda selingkuhan Tutik. Pria itu mengajak Tutik berkencan. Kecemburuan saya pun bangkit. Saya menanyakan isi SMS itu dengan nada suara pelan. Tapi anehnya, kali ini Tutik tak mau meminta maaf.
Sebaliknya, istri saya itu justru mulai berani mengusir dan meminta saya membayar uang kontrakan sebelum angkat kaki. Dada saya terasa sesak dan sakit mendengarnya. Setega itu Tutik memperlakukan saya, suaminya sendiri. Padahal, selama ini saya banting tulang untuk membiayai hidupnya dan anak tiri saya yang tinggal bersama mantan suaminya.