Tata panggung, lampu digarap benar-benar sempurna. Bahkan, di panggung ada sungai yang bisa dilintasi perahu dan orang berenang sebagai salah satu bagian dari pertunjukan. Ada efek cahaya yang mirip sekali dengan petir sungguhan, dan hujan betulan jatuh ke panggung. Intinya penonton benar-benar terpukau dengan pertunjukan dengan tiket 1500 baht sekitar Rp 350 ribu tersebut untuk durasi 1,5 jam lamanya itu. Dan suasana semakin hidup, pertunjukan itu tak hanya ada di panggung saja, tapi ada ada adegna-adegan yang terjadi di tengah penonton. Salah satunya adalah iring-iringan gajah dari salah satu pasukan kerajaan Thailand yang melintas di antara tempat duduk pengunjung!.
Supaya tidak terganggu, sepanjang pertunjukkan penonton dilarang keras memotret. Di depan pintu masuk sudah disediakan penitipan tas dan kamera. Baru setelah pulang, penonton diberi potongan adegan pertunjukan dalam bentuk keping DVD.Namun entah itu mengadopsi atau memang bagian dari sejarah Thailand, bagian-bagian pertunjukkan itu terdapat banyak kesamaan dengan yang ada di Indonesia. Misalnya, ada permainan angklung, maupun nuansa musik dan tari Aceh. Memasuki hari ketiga rombongan bergeser dari Bangkok menuju Pattaya yang ditempuh sekitar 2,5 jam lamanya.
Pattaya sebenarnya tidak beda jauh dengan Pantai Kuta lengkap dengan kawasan hiburan malamnya, bahkan pantai Kuta jauh lebih indah dan besar.
Rombongan juga melihat pertunjukan Tiffany's Show, sebuah drama musikal yang digarap begitu apik, mulai tata lampu, panggung, maupun tari-tariannya benar-benar terkesan mewah. Yang membuat istimewa lagi, 90 persen pemainnya adalah waria. Namun yang mengagumkan di pertunjukkan itu sama sekali tak ada kesan kemayu diantara mereka, semua mereka tunjukkan dengan kemampuan acting yang luar biasa bagus sesuai dengan alur cerita. Tak heran, ratusan penonton memenuhi panggung hiburan yang menjadi salah satu trade mark di Pattaya ini terkagum-kagum.