Habis PHK, Terbitlah Seprai

By nova.id, Jumat, 12 November 2010 | 17:07 WIB
Habis PHK Terbitlah Seprai (nova.id)
Hak Paten

Dengan tenaga kerja yang lebih banyak dan makin majunya usaha, Linda mau tak mau harus terus melakukan inovasi. Jenis produk yang ditawarkannya pun semakin beragam. Mulai dari bed cover, Bamut (bantal selumut), Gulmut (guling selimut), seprai empuk, dan sebagainya. "Semuanya hasil desain sendiri berdasarkan pengalaman pribadi. Kami membuat produk inovatif yang tidak ada di pasaran tapi sangat berguna." Linda kemudian memberi contoh, "Saya suka bepergian dan membawa bed cover. akhirnya saya minta adik mendesain bed cover yang bisa dilipat dan mudah dibawa. Jadilah Bamut."

Usaha Linda bukan tanpa kendala. Salah satunya, ditiru alias dijiplak. "Begitu produk dikeluarkan, langsung banyak yang menjiplak. Akhirnya, sekarang setiap bikin produk, saya patenkan supaya orang enggak bisa sembarangan menjiplak. Beruntung orang tahu dan bisa membedakan kualitas barang sehingga produk buatan saya tetap diminati."

Keberuntungan lainnya, produk Bale-Bale sering diliput media massa. "Jadi, tidak perlu beriklan, produk saya cepat sekali dikenal masyarakat. Ini berkah tersembunyi yang luar biasa. Saya jadi semakin terpacu untuk menciptakan produk baru," tuturnya.

Mitra Harus­ Untung

Di sisi lain, Linda juga bersyukur karena para reseller merasa nyaman bekerjasama dengan Bale-Bale. Bahkan banyak di antara mereka yang kini usahanya berkembang menjadi agen besar dengan membuka toko Bale Bale di wilayahnya. "Tahun 2007, saya membuka kerjasama ini. Bukan waralaba tapi kemitraan."

Sistem itu, jelas Linda, izin untuk menggunakan merek Bale-Bale selama lima tahun dengan membayar Rp 25 juta. Tahap awal, mitra membeli produk Bale Bale sebesar 25 juta. "Total keseluruhan untuk biaya mitra kerja ini adalah Rp 50 juta." Kendati begitu, Linda mengaku tak ingin sekadar meraup keuntungan besar. "Saya tetap menjaga komitmen, setiap mitra yang bekerjasama dengan saya harus mempunyai keuntungan, meskipun keuntungan saya tipis. Setiap wilayah hanya ada satu Bale-Bale. Sekarang sudah ada 10 toko, dua di antaranya di Riau dan Malang."

Dengan pertimbangan khusus pula, Linda tak punya niat membuka toko di mal atau plaza. "Justru dengan seperti ini pelanggan merasa lebih nyaman dan tak segan berkonsultasi," tambah Linda yang kini sedang merintis usaha kuliner.

Edwin Yusman