Di mataku, Bang Muel adalah sosok pria yang baik, santun, jujur dan disiplin. Almarhum juga sangat perhatian dan penuh kasih kepadaku. Kini, aku baru bisa merasakan bahwa banyak sekali firasat yang ditinggalkan almarhum kepadaku, tetapi kuabaikan saja.
Masih terbayang, Bang Muel mencuci motor yang baru saja dibelinya sejak pukul 16.00 hingga 21.00 malam. Memang aneh, kenapa mencuci motor hingga selama itu? Ia juga berani mengajakku pulang ke rumah dan duduk di dekat ayahku. Padahal, tak biasanya ia berani duduk dekat ayahku.
Sungguh, kini aku menyesal, kenapa para perampok itu sampai menembak mati suamiku? Tidakkah ia juga memiliki istri dan anak seperti almarhum? Tega nian si penembak menghabisi nyawa suamiku. Oleh karena itu aku berharap para perampok uang Rp 300 juta itu segera tertangkap dan diganjar hukuman setimpal.
Jumat (20/8), jenazah suamiku dimakamkan di pekuburan Simalingkar. Upacara pemakamannya dipimpin Kapoldasu Irjen Pol Oegroseno.
Bila teringat suami, aku masih sering jatuh pingsan. Rasanya tak kuat lagi menerima kenyataan pahit ini. Bayangkan saja, aku bakal melahirkan bayi tanpa ayah, karena Bang Muel telah tiada. Aku juga tidak tahu lagi harus bagaimana menjalani hidup. Hanya janin yang ada di perutku inilah yang nantinya bakal menguatkan aku menjalani hari-hariku. Mudah-mudahan aku bisa melalui persalinan dengan selamat. Inilah keturunan Bang Muel yang harus aku jaga. Mohon doanya dari semua.
Debbi Safinaz