Tak cukup kata bisa mengungkapkan rasa dukaku yang mendalam. Suami tercintaku, Briptu Immanuel Simanjuntak (28), calon ayah dari bayi yang ada dalam rahimku, ditembak secara kejam oleh para perampok Bank CIMB Niaga Jl Aksara, Medan. Di bank itulah suamiku, yang menjadi anggota Brimop Poldasu, tengah diperbantukan untuk menjaga keamanan bank.
Usia pernikahan kami baru setahun. Dan kini, aku tengah mengandung buah cinta kami, delapan bulan. Rasanya seperti mimpi. Begitu cepat kebersamaan kami. Bang Muel, begitu aku menyapa, hadir begitu cepat dalam hidupku.
(Fristi Ully Artha boru Hasibuan (24), istri mendiang Immanuel, berurai air mata. Wanita yang bekerja di perusahaan rokok itu wajahnya masih terlihat pucat. Sebelum bertutur lebih jauh, ia beberapa kali pingsan di depan peti jenazah suaminya.)
Sebelum suamiku ditembak empat kali oleh para perampok keji itu, sebenarnya aku telah memiliki firasat buruk. Tetapi, aku mengesampingkannya. Ceritanya, Minggu (15/7) kami mengadakan syukuran kandunganku. Saat itu, tanpa disangka-sangka Bang Muel menurunkan fotonya yang sedang berpakaian dinas lengkap. Lalu, ia menyuruhku menyimpan foto itu.
Sungguh, aku heran dibuatnya, kenapa Bang Muel melakukan itu. Cepat-cepat aku bertanya kepadanya. "Kenapa foto itu diturunkan?" Lalu ia menjawab singkat. "Biar saja, turunkan foto itu." Aku pun tak berkomentar lagi setelah mendengar jawabanya. Walau sedikit heran, tapi aku tak ada curiga sedikit pun.
Keanehan lain terjadi pada 16 Agustus 2010, Hari itu Bang Muel memperingati hari kelahirannya yang ke-28. Aku sempat membeli kue tart untuk merayakan kebahagiaanya. Kala itu Bang Muel berkomentar, ternyata aku masih ingat tanggal ulang tahunnya. Sambil berseloroh aku bilang, "Tentulah Bang, masak aku lupa ultah suami sendiri?"
Begitulah, hari itu juga kami memotong kue ulang tahun hanya berdua di dalam kamar. Tetapi kue ultah itu tidak kami makan sendiri. Melainkan dibagi-bagikan ke para keponakan yang tinggal di samping rumah mertuaku. Oh, ya kami memang masih tinggal menumpang di rumah mertua.
Malamnya, kami memutuskan untuk periksa kehamilanku. Malam itu, Bang Muel minta kepada dokter agar aku di-USG untuk melihat jenis kelamin bayi kami. Anehnya, walau alat sudah dipasang, jenis kelamin bayiku tak kunjung kelihatan. Padahal, diperkirakan bayiku akan lahir tiga minggu lagi. Sembari bercanda dokter bilang, mungkin bayi kami malu menampakan wujud kepada ayahnya.
Pelukan Terakhir
Rabu (18/8) pagi, seperti biasa Bang Muel mengantarku ke tempat kerja. Setelah itu, ia meluncur ke Bank CIMB Niaga. Baru dua minggu ia ditugaskan di Medan. Seharusnya di Labuhan Batu. Mengingat aku tengah hamil dan tinggal di Medan, maka atasan suamiku mengabulkan permintaan Bang Muel yang minta ditugaskan di Medan. Kemudian diperbantukan menjaga keamanan di Bank CIMB Niaga, Medan, itu.
Nah, sebelum Bang Muel meninggalkanku, ia memelukku. Ia berpesan agar aku menjaga diri demi bayi yang ada dalam kandunganku. "Jaga Bayi kita, ya," pintanya. Belum lama aku bekerja, suamiku kembali menghubungiku lewat telepon. Ia bertanya, aku sudah makan atau belum. Aku jawab akan makan siang pukul 12.00.
Debbi Safinaz / bersambung
KOMENTAR