"Wawan (Foto: Henry) "
Pertunjukan wayang kulit lengkap, kini bisa Anda nikmati tiap hari. Begitu kira-kira yang diinginkan Wawan Elia Wianto (43) dengan kreasinya berupa hiasan dinding replika pergelaran wayang kulit. Wawan lewat bendera Wan's Craft mengembangkan kerajinan unik berupa fragmen lakon wayang kulit. Tokoh-tokoh wayang yang berjumlah 100 lebih, berderet di sisi kanan Pandawa dan kiri Kurawa untuk lakon Mahabharata. Nah, di tengah-tengahnya, serupa adegan dalam wayang kulit berupa fragmen lakon tertentu.
Miniatur gelar wayang kulit itu, rapi dibingkai dalam pigura kaca. Di dalamnya diterakan lampu kecil, serupa blencong dalam wayang kulit. Nah, bagi penggemar wayang kulit, replika ini dapat mempercantik dinding rumah. "Saya memang meniatkan membuat kerajinan ini untuk hiasan dinding. Ada empat ukuran saya buat. Mulai yang terkecil ukuran 51 cm x 20 cm sampai yang terbesar ukuran 122 cm x 43 cm. Selama ini, yang paling laku ukuran tanggung yaitu 71 cm x 21 cm. Harganya berkisar antara Rp 180 ribu - Rp 700 ribu. Ada juga ukuran mungil, yang cocok untuk souvenir, harganya Rp 30 ribu," kisah Wawan.
Peminat karyanya ini, tutur Wawan, cukup banyak. Ia bisa memasok di sekitar 10 gerai di Yogyakarta. Rata-rata produksi per bulan berada di kisaran 30-an. "Sebenarnya, saat liburan seperti sekarang, permintaan pasar cukup banyak. Tapi, saya tidak sanggup memenuhi pesanan. Sebab, kerajinan ini masih hand made, tidak bisa diproduksi secara massal. Tokoh-tokoh wayang ukuran mungil itu mesti digambar dan diwarnai satu per satu."
Memang butuh ketelitian tinggi untuk menggarapnya. Saat ini, tokoh-tokoh wayang itu dibuat oleh ibunda Wawan, Ny. Sunarman. Wawan yang sudah mewarisi keterampilan menggambar wayang, lebih konsentrasi ke pemasaran. "Saya membuat blog sampai ikut pameran. Dengan upaya ini, produksi menjadi lebih berkembang," ujar bapak empat anak ini.
"Replika ruwatan (Foto: Henry) "
BIKIN SUASANA DAMAI Wawan mengisahkan,usaha ini sudah dirintis orangtuanya ketika berdiam di Malang (Jatim). Sang ayah Andreas Sunarman piawai membuat beragam miniatur. "Bapak yang membuat master tokoh-tokoh wayang dibantu ibu. Bapak sudah sanggup menitipkan karyanya di beberapa gerai. Setelah Bapak meninggal tahun 1993, Ibu meneruskan usaha ini. Ibu sendiri lho yang membuatnya. Mulai menggambar wayang sampai membuat aksesoris, seperti nagan. Itu, lho, aksesoris dari kayu berbentuk naga yang kadang dipakai untuk ornamen pertunjukan wayang kulit. Ibu sendiri yang menggergaji kayu randu untuk dibuat nagan," kata sulung tiga bersaudara ini.
Waktu itu, Wawan sebenarnya diminta untuk meneruskan usaha ini. Namun, ia memilih menjadi karyawan kantoran. Sampai akhirnya tahun 2008 lalu, Wawan tergerak mengembangkan usaha ini dan memilih mengundurkan diri dari pekerjaannya. Ia dengan cepat belajar menggambar wayang dari ibunya. "Setelah keluarga pindah ke Muntilan (Jateng), saya terlibat langsung dalam proses produksi. Ibu masih membuat wayang, sedangkan saya konsentrasi di luar itu. Saya memperindah pigura agar makin memikat pembeli."
Wawan membuka galeri sekaligus rumah makan di Jalan Magelang KM 12,5, Sleman. "Untuk memancing orang datang ke galeri, saya sengaja membuka rumah makan. Semacam usaha yang terintegrasi," katanya sembari tersenyum.
Menurut Wawan, usahanya lebih dikenal dengan cara promosi lisan. Makin banyak yang tahu usahanya, salah satunya sebuah instansi. Yang menggembirakan Wawan, "Instansi itu mewajibkan kantornya memajang kreasi saya. Ada lagi kebijakan pemerintah daerah yang menganjurkan instansi di wilayah Jateng untuk memajang wayang kulit sebagai hiasan dinding."