Kisah Malang Si Anak Asuh: "Kalau Perlu, Bongkar Kubur Pun Jadi!" (1)

By nova.id, Senin, 5 April 2010 | 03:19 WIB
Kisah Malang Si Anak Asuh Kalau Perlu Bongkar Kubur Pun Jadi! 1 (nova.id)

Kisah Malang Si Anak Asuh Kalau Perlu Bongkar Kubur Pun Jadi! 1 (nova.id)
Kisah Malang Si Anak Asuh Kalau Perlu Bongkar Kubur Pun Jadi! 1 (nova.id)

"Apa salah anakku yang masih kecil ini hingga ia harus tewas dengan cara mengenaskan begini? (Foto:Sita) "

Desember 2007, kabar mengerikan datang menghampiriku. Hastuti tewas bunuh diri. Bunuh diri? Aku berani bersumpah sebagai ibunya, Tuti tidak mungkin bunuh diri! Dia anak yang baik, rajin ke gereja, dan sangat taat. Aku langsung histeris sejadi-jadinya mendengar kabar duka itu.

Tak lama setelah itu, jenazah Tuti tiba dengan dihantar mobil ambulans. Hanya beberapa saat setelah jenazah dibawa ke dalam rumah, listrik mati dan rumah pun menjadi gelap gulita, segelap hati dan pikiranku. Kami pun mangandungi (istilah dalam adat Batak ketika menangisi jenazah anak, Red.) dalam kegelapan. Rasa sedih pun jadi berlipat-lipat. Aku terus menangisi kepergian putriku.

Kecurigaanku Tuti tidak tewas akibat bunuh diri, semakin kuat. Saat membuka pakaian Tuti, kami menemukan banyak luka lebam di sekujur tubuhnya. Di payudara, tangan, hingga paha. Keyakinan itu bertambah saat kerabat kami yang juga menjadi saksi, Maju Pardede, mengungkap cerita ditemukannya Tuti. Katanya, Tuti tewas tergantung tapi keadaannya sungguh tak wajar.

Kata Maju, 9 Desember 2007 itu, ia tiba-tiba dijemput Bapak Tua. Kata Bapak Tua, ada hal penting, yaitu Tuti tewas bunuh diri. Di kamarnya, mayat Tuti sudah tak ada, yang tersisa hanya dua helai kain yang katanya digunakan untuk gantung diri. Mayat Tuti saat itu sudah dibawa ke RS Santa Maria. Bapak Tua juga bilang, Tuti bunuh diri karena cintanya ditolak oleh seorang pria.

Jelas, bagi kami, hal itu amat janggal. Kalau memang Tuti ditemukan tewas gantung diri, kenapa ia tidak langsung menghubungi polisi atau setidaknya ke RT/RW, selain keluarga penghuni rumah? Keanehan-keanehan itu pun terus terkuak. Misalnya, Polsek Tampan meminta Kepala RSUD Arifin Ahmad secara tertulis tertanggal 9 Desember 2007 untuk melakukan otopsi (visum et repertum), tapi yang dilakukan RS hanya pemeriksaan luar saja.

Dalam surat pemeriksaan dokter tertanggal 30 Januari 2008, surat yang ditandatangani Dr. Ali Sahman itu menyatakan, pada alat kelamin korban keluar cairan putih kental. Namun, temuan itu tak juga ditindaklanjuti.

Keanehan lainnya, ahli forensik mengatakan, salah satu ciri mayat mati bunuh diri adalah mata terbelalak, mulut terbuka, dan kaki menjinjit. Tapi ini pun tidak bisa dibuktikan setelah melalui otopsi mayat di Serdang Bedagai. Mata dan gigi anakku tertutup rapat. Bahkan otot pergelangan kaki kanannya seperti terputus. Menurut salah seorang dokter di RS Pringadi Medan, di kedua pergelangan tangan korban ada bekas ikatan tali, kedua matanya membiru yang diduga ditutup pakai kain. Di leher Tuti pun terlihat bekas ikatan.