Selain itu, bentuk buah catur sendiri, menurutnya, juga bermacam-macam. Ia dulu pernah menghitung, untuk buah catur kuda saja, ada sekitar 25 bentuk. Misalnya, ada kuda yang kepalanya saja, tapi ada juga yang sampai ada kakinya segala. "Semua jenis itu sudah pernah saya bikin, cuma dalam keseharian, kalau tidak ada pesanan khusus saya bikin yang jenis standar saja," imbuh Sugeng.
Oleh karena itu, lanjut Sugeng, selain pilihan, setiap tukang memiliki spesialisasi sendiri-sendiri. Misalnya, seorang tukang spesialis bikin kuda, maka kesehariannya selalu bikin kuda saja, dia tidak akan diperbolehkan membuat raja, atau buah catur yang lain. Dengan demikian, ukuran satu buah raja selalu presisi atau sama persis. "Tapi kalau satu tukang sekaligus membuat semua buah catur, bisa-bisa tidak laku dijual, karena bentuk dan ukurannya pasti tidak karu-karuan," kata Sugeng yang dari penghasilannya sebagai pengrajin catur sudah bisa membuatkan masing-masing anaknya sebuah rumah.
Namun, melewati masa tahun 90-an, kakek seorang cucu itu mengaku, usaha pembuatan catur di kampungnya mulai seret. Salah satu penyebabnya adalah para pekerja yang beralih profesi sebagai tukang bubut di pabrik-pabrik meubel besar yang mulai tumbuh di daerahnya.