Dijuluki Raja Karena Berita Miring

By nova.id, Selasa, 9 Maret 2010 | 17:03 WIB
Dijuluki Raja Karena Berita Miring (nova.id)

Hingga akhirnya 2 tahun lalu aku mendapat tawaran untuk mengajar mata kuliah Kewirausahaan di Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran, Bandung. Meski sibuk, tapi aku terima tawaran itu. Alasannya, aku senang menularkan jiwa wiraswasta ke generasi muda.

Pernah aku menugaskan mahasiswaku untuk membuat tulisan dari hasil observasi mereka selama libur Lebaran. Tugasnya mudah saja, selama liburan itu mereka aku minta untuk mengamati bisnis yang ada di sekeliling mereka.

Hasilnya menarik sekali, ada yang melihat seorang ibu-ibu hanya dengan bermodalkan tikar membuka usaha pijat di titik kemacetan. Dari tugas-tugas yang dikumpulkan mahasiswa, aku juga bisa mendapat inspirasi bisnis yang bisa dikembangkan. Aku kagum dengan semangat mahasiswa-mahasiswa bisnis itu, yang ingin menciptakan lapangan kerja dan berkreasi.

Lucunya, biasanya mereka memiliki orangtua yang bekerja sebagai pegawai, baik swasta maupun negeri. Biasanya, mereka tidak ingin menjadi pegawai, makanya semangat sekali untuk berbisnis. Sebaliknya, anak-anak yang orangtuanya berbisnis justru cenderung ingin menjadi pegawai kantoran.

Dijuluki Raja Karena Berita Miring (nova.id)

"Saat punya waktu senggang, aku manfaatkan untuk berlibur bersama istri. Aku senang berjalan-jalan keluar negeri. Kegiatan favoritku, tentu saja berbelanja pakaian (Foto: Dok Pribadi/Sita Dewi) "

Jodoh Dari SMP

Kesuksesanku tak lepas dari peran para pegawaiku. Merekalah yang menghidupiku, bukan sebaliknya. Kepada mereka, aku bersikap tegas dan profesional. Kalau ada yang lalai saat aku sedang melakukan inspeksi, aku pasti memarahi. Tapi, keesokan harinya aku panggil dia ke kantor dan bilang, kalau aku bisa marah kepada mereka saat mereka lalai, mereka juga berhak marah kepadaku kalau aku melanggar hak mereka.

Selain pegawai, peran istriku, Elen Berkah, yang kunikahi 25 tahun lalu juga tak kalah pentingnya. Aku mengenalnya di klub badminton saat duduk di bangku SMP. Sembilan tahun kemudian kami menikah. Setelah menikah, dia yang hobi merancang interior, kerap aku serahi tanggung jawab untuk mendesain interior toko.

Elen memberiku dua anak, Adrian Prasetya (24) dan Mesayu Pradita (19) yang kini menimba ilmu di Australia. Aku tak pernah mengarahkan mereka untuk mengikuti jejakku menjadi pebisnis, yang aku lakukan hanya mendorong mereka untuk membuat sesuatu. Anak pertamaku, mulai dengan membuat es lilin yang penjualannya juga lumayan. Tak jarang dia membantuku sekaligus belajar.

Setelah segala pencapaian yang kudapat, aku masih semangat untuk terus berkarya. Bukan uang yang aku cari, tapi kepuasan dari menciptakan sesuatu. Pokoknya, berkarya saja, uang akan datang dengan sendirinya.

Sita Dewi

FOTO-FOTO: DOK. PRIBADI