Gadis cantik yang ditemukan tewas mengapung di parit sawah Desa Suwaluh Kecamatan Balongbendo Sidoarjo, Senin (1/2), adalah Endang Tutik, 20, warga Desa Sumberarum, Kecamatan Dander, Bojonegoro. Dua bulan terakhir, dia bekerja di BG Junction Surabaya.
Ratusan warga berkumpul di halaman rumah sederhana yang terbuat dari kayu di Desa Sumberarum, sekitar 30 kilometer dari pusat kota Bojonegoro. Di halaman rumah bercat putih kombinasi biru kediaman Adiono, 40, dan Ny Laminten, 35, itu warga menunggu kedatangan jenazah Endang Tutik, anak bungsu pasutri itu.
Beberapa jam kemudian, ambulans pengantar jenazah akhirnya tiba di rumah duka sekitar, pukul 15.00 WIB. Setelah disalati di ruang tamu, jasad dibawa ke pemakaman umum desa. "Saya tidak kuat, silakan dimakamkan," ungkap Adiono, di sisi sang istri, Ny Laminten, yang masih tergolek pingsan.
Adiono mengaku mendapat kabar dari pihak kelurahan setelah menerima telepon dari polisi di Sidoarjo, Senin sore. "Seketika itu, saya dan istri langsung berangkat ke RS Bhayangkara, Surabaya, naik bus," sambungnya. Sekitar pukul 22.00 WIB, Adiono dan istri tiba di RS. Melihat anaknya tergolek kaku, Ny Laminten langsung pingsan.
Setelah itu, Adiono yang berusaha tegar juga tak lagi kuat menahan perasaan ketika melihat kondisi jenazah korban. "Ketika melihat puluhan bekas tusukan di tubuhnya, saya juga langsung pingsan," kisahnya.
Ada lebih dari 30 bekas tusukan di sekujur tubuh korban. Termasuk mata dan tangan kanan korban. "Tubuh anak saya seperti dicacah-cacah. Lebih dari 30 tusukan ada di dada, perut dan wajah. Termasuk matanya juga terdapat bekas luka tusuk hingga tembus," ujarnya sambil menyeka air mata.
Endang Tutik baru lulus dari SMU PGRI Dander 2009. Anak bungsu dari tiga bersaudara itu introvert (tertutup), termasuk dengan keluarga. Anak pertama Adiono adalah Hendri, 25, yang selama ini tinggal serumah dan sudah punya seorang anak. Sedangkan anak kedua, Yeni, 21, bekerja di Jakarta. "Yeni dan Endang wajahnya sangat mirip. Seperti saudara kembar," sambungnya.
Dua bulan terahir, Endang bekerja di butik BG Junction Surabaya. Dia indekos di Genteng. Sebelum bekerja di butik, korban dua bulan bekerja di toko roti di Surabaya. Endang terakhir pulang awal 2010. Itupun hanya sehari. Sejak itu, keluarga tidak pernah kontak lantaran ponsel korban hilang di tempat kos.
Saat pulang liburan tahun baru, Endang sempat membelikan baju untuk ayahnya. "Ini baju yang dibelikan. Belum sempat saya pakai sama sekali, baru kali ini," katanya sambil menunjukkan baju batik krem kombinasi merah yang masih ada banderolnya.
Saat Lebaran Idul Fitri, Endang pulang bersama pacarnya. Pemuda itu berusia sekitar 25 tahun dengan ciri-ciri kulit putih dan rambut cepak. "Saya lupa namanya, tapi pacar anak saya itu mengaku sebagai TNI AL yang berdinas di Tanjung Perak Surabaya," terangnya.
Mengenai kematian anaknya, Adiono yakin bahwa Endang tewas lantaran dibunuh. "Keluarga hanya berharap pelaku pembunuhan ini segera ditangkap dan dihukum seberat-beratnya," imbuhnya. Hingga sore hari, ibu korban masih belum sadarkan diri. Sementara sejumlah keluarga masih terus menangis haru di rumah duka.
Hingga kemarin, tersangka pembunuhan masih buron. Kapolres Sidoarjo, AKBP M Iqbal menyatakan, telah membentuk empat tim untuk menyelidiki kasus ini. Ada informasi bahwa korban bekerja di toko baju Takasihmura di BG Junction Surabaya. Sebelum ditemukan tewas, korban juga dikabarkan dijemput pacarnya dari rumah indekos di Jl Genteng Surabaya.
Diberitakan sebelumnya, sesosok gadis ayu ditemukan tewas dengan bekas luka tusukan di sekujur tubuhnya, di parit irigasi Desa Suwaluh Balongbendo, Senin (1/2). Jasad korban ditemukan tewas mengenaskan, saat dua warga berolahraga jalan pagi di jalan desa tersebut.
Jasad korban ditemukan masih berpakaian lengkap. Di dekat jasadnya, polisi juga menemukan sejumlah peralatan kosmetik yang diduga milik korban. Diduga kuat korban dibunuh dan jasadnya dibuang di areal persawahan yang berjarak sekitar 500 meter dari desa setempat.M Taufik, Mustain/Surya