Pelaku Mutilasi Diduga Sindikat Bisnis Organ Tubuh

By nova.id, Kamis, 14 Januari 2010 | 04:11 WIB
Pelaku Mutilasi Diduga Sindikat Bisnis Organ Tubuh (nova.id)

Tersangka pembunuhan berantai terhadap anak jalanan (anjal) yang kemudian dimutilasi, Baekuni alias Babeh (48), diduga juga membunuh anak lain di luar Ardiansyah (9), Adi (12,) dan Arif (6). Polisi masih mencari kemungkinan korban lain yang disembunyikan Babeh, termasuk dugaan keterlibatan dia dengan sindikat penjualan organ tubuh.

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Boy Rafli Amar kepada wartawan di Kantor Direktorat Reserse dan Kriminal Umum (Ditreskrimum) mengatakan, selama pemeriksaan Babeh mengaku telah membunuh dan memutilasi tiga anak. Polisi masih mendalami latar belakang kasus ini.

Penyelidikan lebih dalam, kata Boy, akan dilakukan untuk menjawab apakah Babeh terkait sindikat perdagangan organ tubuh manusia atau tidak. Kecurigaan ini muncul lantaran polisi menemukan ada organ tubuh korban yang hilang pada pembunuhan sebelumnya yang dilakukan Babeh pada Juli 2007.

Seperti diberitakan, Babeh mengaku memutilasi Adi di Jalan Raya Bekasi KM 16 dan membuang mayatnya di Pasar Klender, Jakarta Timur, pada Juli 2007. Mayat Adi terpotong dua di bagian pinggang, dan seluruh organ tubuh bagian dalam seperti jantung, lambung, usus serta lainnya hilang. Hanya tertinggal paru-paru korban. Mayatnya diletakkan di kardus di sebelah pot bunga dibungkus kantong plastik hitam dan sarung lurik warna coklat.

Sedangkan Arif dimutilasi dan potongan kepalanya dibuang di Pulogadung, Jakarta Timur. Arif tidak disodomi Babeh karena masih berusia 6 tahun.

Menurut pengacara Babeh, Rangga B Rikuser, kliennya mengaku tidak memperjualbelikan organ tubuh korbannya, namun hanya menikmati saat membunuh dan menyodomi anak-anak jalanan tersebut.

Boy menambahkan, hasil pemeriksaan terhadap kejiwaan Babeh, menunjukkan bahwa kondisinya stabil dan sadar saat melakukan kejahatan tersebut. Kepada polisi, tersangka yang mengontrak kamar di Jalan Haji Dalim RT/RW 06/02, Pulogadung, Jakarta Timur, itu juga mengakui semua perbuatannya.

Atas perbuatannya tersebut, Babeh dijerat Pasal 340 dan 338 KUHP dengan ancaman hukuman 20 tahun atau maksimal hukuman mati. Menurut Boy, pihaknya tak mau terburu-buru menyimpulkan dan masih menyelidiki lebih lanjut kemungkinan adanya pelaku lain. "Namun, sementara ini pelakunya diketahui tunggal," ujarnya.

Boy menambahkan, pihaknya masih memeriksa tersangka, terutama psikisnya dan tes deoxyribo nycleic acid (DNA) ke Puslabfor Polri. Polisi juga akan melakukan rekonstruksi. Polisi menyita barang bukti berupa senjata tajam dan hasil tes DNA ketiga korban. Polisi belum mengizinkan Babeh diwawancara wartawan.

Soal penemuan mayat Adi pada Juli 2007, ada dugaan motif mutilasi itu adalah perdagangan organ tubuh manusia yang tersindikasi terjadi hampir di seluruh dunia. Jika mendengar kata mutilasi, mengingatkan kita pada film semacam The Hostel, Hannibal, The Island, Texas Saw Massacre, American Phsyco, dan sebagainya.

Film sadis itu membeberkan beberapa fakta menarik dan penting bahwa orang-orang yang punya hobi menjagal manusia memang ada, begitu juga dengan penjualan atau perdagangan organ manusia yang terorganisir secara rapi, bahkan jaringannya diduga sudah terbentuk secara rapi di Indonesia.

Cukup sulit mencari orang dalam atau penguasa jaringan perdagangan organ tubuh tersebut. Yang terungkap hanyalah kroco-kroco dan pesuruh yang masih tergabung dalam lingkaran kulit luar. Rupanya aktivitas penjualan organ manusia ini jauh amat profesional dibandingkan sindikat produksi dan pengedaran narkoba.

Kini pasar gelap organ tubuh manusia bertebaran di pelbagai negara. Data yang dipublikasikan The China International Transplantation Network Assistance Center, Shenyang, Cina mengungkapkan, harga sebuah ginjal mencapai 62.000 dolar AS (sekitar Rp 620 juta).

Sedangkan jurnal kesehatan The Lancet menyebutkan, harga ginjal di pasaran mencapai 15.000 dolar AS (sekitar Rp 150 juta). Sepotong hati manusia dihargai 130.000 dolar AS (sekitar Rp 1,3 miliar) sama dengan harga sebuah jantung. Sedangkan harga paru-paru bisa mencapai 150.000 dolar (sekitar Rp 1,5 miliar). Tinggi-rendahnya harga organ tubuh manusia berjalan seirama dengan mekanisme pasar: makin besar permintaan, kian melambung pula harganya.

Diperkirakan jutaan orang mengantre untuk mendapatkan transplantasi organ tubuh, seperti jantung, ginjal, dan hati. Di Indonesia, diperkirakan ada 70.000 lebih penderita gagal ginjal kronis yang membutuhkan cangkok ginjal. Di Jepang terdapat 11.000 penderita gagal ginjal. Penyakit yang sama menjangkiti 66.000 warga Brasil. Semuanya membutuhkan cangkok ginjal. Ahmad Sabran/wartakota