Bayi Diculik Dalam Sekejap (2)

By nova.id, Kamis, 5 November 2009 | 03:09 WIB
Bayi Diculik Dalam Sekejap 2 (nova.id)

Bayi Diculik Dalam Sekejap 2 (nova.id)

""

Musibah? Yahron menolak tegas jika kejadian ini disebut musibah. "Yang saya tahu, bayi kami dibawa perawat, tapi tidak dikembalikan. Berarti ini salah pihak RS, kenapa begitu percaya pada orang yang tidak dikenal?"

Hari-hari berikut setelah sang bayi raib, terasa sangat berat bagi Yahron dan Dwi. "Kasihan istri saya. Setiap kali ingat si bayi, dia pasti menangis. Padahal kondisi fisiknya belum sehat betul. Sekarang masih ditambah pula dengan kejadian seperti ini. Saya harus bisa menyabarkan dia, meski perasaan saya juga sama seperti dia." Begitu syoknya Dwi hingga belum bersedia ditemui. "Biarlah dia istirahat dulu. Dia masih sulit menerima kenyataan ini."

Meminta penjelasan dan pertanggungjawaban RS, sudah dilakukan Yahron. "Saya dan istri hanya diminta sabar. Entah sampai kapan. Sejauh ini, belum ada info di mana anak saya. Kabar dari polisi juga belum ada. Tentu saja saya berharap, bayi kami segera ditemukan," lanjut Yahron yang khawatir bayinya jadi korban penjualan bayi. "Saya tidak bisa membayangkan kalau itu benar terjadi."

Yahron dan istrinya bertekad, terus bertahan di RS sampai anak mereka kembali. "Saya belum tahu, sampai kapan akan tinggal di sini. Apalagi, kondisi istri saya masih lemah. Tentu saya akan terus menemaninya. Mau kerja pun, tak bisa konsentrasi. Semua kegiatan kami jadi terganggu."

Pria tamatan SMA ini makin pedih ketika Sita, si sulung, datang menanyakan adiknya. Sita memang sudah paham, ibunya di RS untuk melahirkan adik kecil. "Beberapa kali ia diajak budenya menjenguk dan bertanya, mana adiknya. Ibunya tidak bisa menjawab, cuma menangis. Saya jelaskan ke Sita, adik sedang digendong orang jalan-jalan," kata Yahron sambil menunjukkan foto si bayi yang diabadikan oleh seorang dokter lewat kamera HP. "Lihat, anak saya begitu gemuk dan sehat."

Entah sampai kapan Yahron dan Dwi harus menanti kembalinya sang buah hati. "Sekali lagi saya tegaskan, saya hanya berharap bayi kami kembali. Itu saja. Saya tidak akan menuntut apa-apa ke RS!"

Siapa gerangan yang membawa bayi Yahron? Tak ada yang tahu identitas pelaku kendati ciri-cirinya dikenali Susilo (44) yang kala itu tengah menunggui bayinya yang dirawat di RSUD Semarang. Hari itu, ia dan istrinya, Siti Aminah, tengah beristirahat di ruang tunggu. "Ruangannya sedang kosong karena sebagian keluarga pasien sedang keluar cari angin. Saat itulah saya melihat seorang wanita menggendong bayi di ruang tunggu. Sempat saya lihat dia berbenah lalu buru-buru keluar sambil menggendong bayi dengan selendang."

Ia pun sempat menegur perempuan itu. "Soalnya, cara menggendong bayinya tidak benar. Kepalanya di bawah sementara kaki si bayi lebih tinggi. Saya bilang, 'Kok, menggendong bayinya seperti itu?' Dia tak banyak cakap dan buru-buru keluar ruang tunggu." Ketika ditanya si bayi mau dibawa ke mana, "Dia cuma menjawab, mau dibawa pulang." Susilo juga masih ingat, ia memandangi perempuan itu sampai hilang di tikungan jalan. "Sepertinya dia keluar bukan dari pintu utama pengunjung, tapi lewat pintu samping."

Bahkan, Susilo sempat melapor ke perawat RS karena ada sebagian barang perempuan itu yang tertinggal di ruang tunggu. Ia menduga, perlengkapan bayi itu milik si wanita misterius si penggendong bayi tadi. "Belakangan saya tahu, ternyata dia membawa kabur bayi." Ciri-ciri perempuan itu, ujar Susilo, badannya kecil, tinggi sekitar 150 cm. "Rambutnya sebahu, warnanya pirang."

Sementara itu, Direktur RSUD Semarang, dr. Niken Widya Hastuti, M.Kes , mengatakan, "Kami ingin tegaskan kembali, kejadian ini adalah musibah. Sebab, kami sudah menjalankan tugas sesuai prosedur. Sudah ada prosedur tetap yang kami lakukan saat memandikan bayi. Itu kami lakukan dengan benar dan secara profesional. Jadi, tidak ada yang menyeleweng."

Soal si bayi dibawa wanita yang mengaku saudara Dwi, kata Niken, "Namanya saja musibah, kita tidak tahu kapan akan terjadi. Namanya RS, kan, pelayanan publik, kami harus positive thinking pada pengunjung. Kami beranggapan, pengunjung yang datang ke RS adalah orang baik. Rumah sakit tidak membedakan siapa pun yang akan dilayani."