Kisah Malang Si Anak Asuh: "Kalau Perlu, Bongkar Kubur Pun Jadi!" (1)

By nova.id, Senin, 5 April 2010 | 03:19 WIB
Kisah Malang Si Anak Asuh Kalau Perlu Bongkar Kubur Pun Jadi! 1 (nova.id)

Kisah Malang Si Anak Asuh Kalau Perlu Bongkar Kubur Pun Jadi! 1 (nova.id)

"Keluarga Bapat Tua sama sekali tidak berani muncul di upacara pemakaman Tuti (Foto:Sita) "

Minta Minyak

Sehari setelah kematian Tuti, kakak kandungnya yang baru tiba dari Jakarta, tiba-tiba kesurupan sekitar pukul 23.00. Ia didatangi roh Tuti yang mengatakan ia tewas karena dibunuh, diperkosa, lalu digantung oleh Bapak Tua PJ Sinambela dan sopir Bapak Tua, Chandra Gultom. Melalui kakaknya, Tuti juga berharap agar kami menuntut atas kejadian tersebut. Peristiwa itu juga disaksikan oleh masyarakat di sekitar tempat tinggal kami.

Yang membuat keluarga kami sakit hati, keluarga PJ Sinambela berkeras tidak melakukan upacara sakramen (kebaktian menurut agama Kristiani) karena ia meninggal bunuh diri. Mereka juga keberatan jika jenazah Tuti diotopsi ulang dan minta pihak RS menyuntikkan formalin ke jenazah Tuti tanpa sepengetahuan kami.

Fakta-fakta lain yang memperkuat dugaan kami adalah saat dua kawan sekolah Tuti, Mawar dan Sari, memberikan kesaksian. Sari mengaku tak percaya Tuti bunuh diri dan besar kemungkinan ia dibunuh. Menurut Sari, Tuti tidak pernah dekat dengan laki-laki.

Suatu hari, kata Sari, anakku pernah minta minyak kelapa sawit di rumah tantenya Sari untuk dioleskan ke kemaluannya. Katanya, kemaluannya terasa sakit akibat pemerkosaan yang dilakukan Bapak Tua dan sopirnya secara bergantian. Tuti juga berkisah pada Sari, pamannya sudah pisah ranjang dengan istrinya karena kerap berkelahi.

Berdasarkan berbagai fakta dan kejanggalan itulah, kami lapor polisi. Tapi upaya ini rupanya juga harus terjegal. Kanit Reskrim Mapolsekta Tampan, Ipda Milson Jhoni, SH, justru menyatakan tak ada tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban. Kasus ini pun di-SP3 (dihentikan, Red.). Sudah dua kali kami melayangkan surat ke Polda Riau, tetapi tidak mendapat tanggapan.

SITA DEWI/ bersambung