Mus Mulyadi Nyaris Bunuh Diri (2)

By nova.id, Senin, 8 Maret 2010 | 05:25 WIB
Mus Mulyadi Nyaris Bunuh Diri 2 (nova.id)

Mus Mulyadi Nyaris Bunuh Diri 2 (nova.id)

"Mus Mulyadi dan keluarga (Foto: Repro) "

Mus Mulyadi kini mencoba tabah menghadapi segala persoalan hidup. Ia lebih banyak memasrahkan diri kepada Tuhan. Ikuti penuturannya

Kini, aku jadi lebih kuat dari biasanya karena selalu ingat ada Tuhan di sisiku. Setiap saat, kapan pun aku mau, aku putar kaset, mendengarkan firman Tuhan.

Hanya dengan cara ini kepercayaan diriku kembali pulih. Harga diriku pun bertambah utuh ketika Presiden Yudhoyono memercayakan satu lagu ciptaannya, Kuyakin Sampai Di Sana untuk kunyanyikan dengan irama keroncong. Dengan kepercayaan diri dan mengabaikan rasa sakit pula, aku mampu menyelesaikan dua album kompilasi terbaruku. Satu berisi lagu-lagu keroncong dan satu lagi lagu pop Jawa.

Tak kusangka kemunculanku di muka publik beberapa waktu lalu juga membuahkan ekspos dari berbagai media. Banyak teman-teman lama mengirimkan doa. Aku juga tak mengira masyarakat, terutama penggemarku masih setia menunggu kemunculan albumku. Mereka menerima kondisiku apa adanya.

Sekarang aku benar-benar disiplin menjaga pola makan agar penyakit diabetes ini tak merembet dan mempengaruhi organ tubuhku lainnya. Kasihan istriku. Kini, ia harus menjadi juru rawat sekaligus mengawasiku dalam urusan makan. Bangun tidur, aku selalu mengecek kadar gula darah. Bila tak terlalu tinggi atau rendah, aku cukup minum obat saja. Bila tinggi kadarnya, aku harus suntik insulin.

Helen menjagaku siang-malam dan menuntunku ke mana pun aku pergi. Aku beruntung punya istri yang setia. Kadang sampai larut malam ia masih menungguiku sambil menjahit baju. Hobinya memang menjahit baju. Bila sudah larut malam, ia belum juga tidur, sering kutanya 'Kenapa belum tidur?' Ia bilang, sengaja menungguiku, siapa tahu aku membutuhkan bantuannya. Aku terharu, meski terkadang kasihan juga sama dia.

(Mus Mulyadi terlahir dengan nama Mulyadi. Anak pasangan Ali Sukarni dan Musimah ini lahir di Surabaya, 14 Agustus 1945. Ia anak ketiga dari enam bersaudara. Mulai jatuh hati kepada Helen Sparingga lewat foto yang terpampang di halaman majalah musik. Kala itu tahun 1973, promotornya mengajak Mus melakukan road show keliling Banyuwangi bertajuk Malam Hitam Manis (sesuai judul lagu dang dut yang dipopulerkannya). Kepada promotornya Mus bersedia show asalkan diduetkan dengan Helen. Honornya rela dipotong. Benar saja, baru bernyanyi beberapa hari saja berduet, Mus langsung melamar Helen yang kala itu berusia 19 tahun. Keduanya menikah pada 1975 sepulang Mus show di Belanda. Pasangan abadi ini lalu dikaruniai sepasang anak dan tiga cucu, yang kini bermukim di Australia).

Mengingat aku masih ingin tetap bernyanyi untuk masyarakat, terbetik ide dari anak-anakku, Andai ada donor mata, aku disarankan agar melakukan cangkok mata. Tapi, sekali lagi itu bila ada pendonornya, lho. Aku yakin, andai ada pun harganya mahal.

Penyakit diabetes, memang tidak sepenuhnya mengganggu karir menyanyiku. Tetapi, tanpa penglihatan normal, gerakanku jadi tidak maksimal. Ibaratnya bila dulu bisa bertindak 100 persen, kini hanya 40 persen. Kalau soal vokal sih, masih 100 persen. Pesanku kepada seluruh penggemarku, teman sesama artis yang kini tengah menderita sakit, janganlah terbawa oleh rasa sakit itu. Lebih baik digunakan untuk tetap berkarya saja. Harus tetap semangat.

Senang Diwartakan

Jarum jam sudah menunjuk ke angka 11 malam lewat ketika Mus Mulyadi turun dari mobil di depan rumahnya di kawasan Taman Alfa, Jakarta Barat. Malam itu, Mus baru saja pulang dari syuting di salah satu stasiun teve swasta.

"Mas, ini sudah di rumah. Mau duduk di mana?" tanya istri Mus Mulyadi, Ruth Helen Sparingga (53) yang malam itu menggandeng suaminya memasuki ruang tamunya yang luas. Langkah Mus tampak tak tentu arah. Saat hendak melewati lantai yang lebih rendah, Helen pun kembali membimbingnya. "Ayo kakinya turun sedikit. Kita duduk di ruang dalam saja, ya, biar sejuk. Di sana ada AC-nya."