Misteri Tewasnya Istri Reporter RCTI

By nova.id, Kamis, 10 Desember 2009 | 09:59 WIB
Misteri Tewasnya Istri Reporter RCTI (nova.id)

Misteri Tewasnya Istri Reporter RCTI (nova.id)

"Foto: Ilustrasi "

Dugaan korban mengenali pelaku terus didalami polisi untuk mengungkap misteri tewasnya Anik Afiani, 39, istri wartawan RCTI Sidoarjo Bambang Pramono Putra, 32.

Polisi kini mengembangkan penyelidikan dugaan adanya keterlibatan orang ketiga. Untuk memastikan dugaan itu, tim gabungan Polres Sidoarjo, Polwiltabes Surabaya, dan Polda Jatim menggelar olah TKP keempat kalinya, Rabu (9/12).

Puluhan polisi mendatangi lokasi kejadian di Perum Pesona Permata Gading Blok XX/01, Desa Bluru Kidul, Kecamatan Sidoarjo, pukul 10.00 WIB. Olah TKP kali ini mirip rekonstruksi. Sebab tim juga membawa serta Ariyadi, 45, tetangga korban penghuni rumah di Blok XX/07 Perum Pesona Permata Gading. Dalam olah TKP dipimpin Wakapolres Sidoarjo Kompol Denny Nasution itu polisi meminta Ariyadi memperagakan cara dia membuka pintu rumah korban.

Sebuah sumber menyebut, Ariyadi diduga terlibat kasus ini. Dugaan berawal dari temuan ponsel korban, Nokia N-2300, yang ditemukan di rumah Sumiati, 45, istri Supriyadi, tetangga korban yang juga peternak itik. Saat diperiksa, Sumiati menyatakan ponsel itu disimpannya atas perintah Ariyadi.

Pengakuan Sumiati, ponsel itu diberikan Ariyadi beberapa jam usai ditemukannya Anik tewas, setelah pintu rumahnya didobrak, Senin (7/12) pukul 14.00 WIB. "Ojo kondo sopo-sopo. Simpenen HP iki (Jangan bilang siapa-siapa, simpan HP ini), " kata sumber ini menirukan kalimat Ariyadi saat memberikan ponsel Anik kepada Sumiati.

Ponsel itu diberikan dalam kondisi tanpa kartu SIM. Begitu ponsel ditemukan di rumah Sumiati, Selasa (8/12) siang, polisi kembali memeriksa Ariyadi setelah sempat diperiksa sebelumnya, sesaat usai kejadian. Saat diperiksa, Ariyadi ngotot tidak tahu menahu soal ponsel itu. Tapi begitu dicros-cek dengan Sumiati, pria berkulit hitam ini baru mengaku.

Setelah didesak, Ariyadi mengaku telah membuang kartu SIM ponsel korban. SIM-Card itu ditemukan, Selasa (8/12) malam setelah polisi menyisir sejumlah lokasi. SIM-Card ternyata dibuang di gang sebelah blok rumah korban.

Dugaan Ariyadi terlibat semakin kuat. Sebab Sumiati juga mengaku sempat melihat Ariyadi memasuki rumah korban, Minggu (6/12) malam. Saat itu Sumiati tengah memberi makanan ke ternak itiknya. Sumiati mengaku tak ingat jam berapa Ariyadi masuk. "Karena lama, saya tinggal masuk rumah. Jadi saya tidak tahu apakah dia keluar lagi apa tidak," katanya saat olah TKP.

Sumiati juga mengaku Ariyadi punya hubungan dekat dengan Anik. Beberapa kali Anik bercerita lagi dekat Ariyadi. Beberapa kali Sumiati juga melihat Anik keluar perumahan bersama Ariyadi. "Tapi pakai sepeda motor sendiri-sendiri," katanya.

Anik dan Ariyadi biasanya keluar dari perumahan saat Anik hendak ke Mojokerto. Sumiati mengatakan sejak setahun terakhir, Anik kerap kulakan telur itik untuk dijual ke Mojokerto. Polisi juga menggeledah rumah Ariyadi, yang ditinggali bersama istrinya, Ny Marfuah. Polisi membawa beberapa celana dan baju Ariyadi, di antaranya celana panjang biru dan kaos oranye. "Celana itulah yang dilihat dipakai Ariyadi saat masuk rumah korban dan diketahui Sumiati," ujar seorang penyidik.

Ny Heru, tetangga korban, mengaku tak tahu banyak soal Ariyadi. Warga hanya tahu Ariyadi kerap mengaku pensiunan TNI AL. Namun dimana tugas dan apa pangkatnya, warga tak tahu. Warga tahunya akhir-akhir ini Aryadi bercerita bekerja jadi mandor kuli angkut di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.

Saat olah TKP, sempat terjadi insiden kecil. Saat jeda olah TKP, Ariyadi yang dikawal polisi, berusaha hendak menghapus SMS dalam ponsel miliknya. Beruntung aksi ini bisa dicegah polisi. Beberapa polisi juga sempat kewalahan. Sebab Ariyadi selalu menjawab berbeda saat ditanya seputar awal kejadian tragis itu. Kabar Anik Hamil Kabar adanya jalinan asmara ini semakin kuat. Bahkan ada kabar menyebut jika jalinan asmara itu membuahkan janin dua bulan dalam perut Anik. "Saya sempat mendengar kabar itu, namun benar tidaknya saya tidak tahu," ujar seorang warga. Hal itu juga sempat diceritakan Anik kepada Sumiati. "Katanya (hamil) karena gendakan (pacaran) itu," kata Sumiati.

Sumati sempat ketakutan saat diajak olah TKP. Sebab beberapa kali Ariyadi memandang tajam saat berpapasan dengan Sumiati. "Awal-awal kami periksa, dia (Sumati) memang ketakutan dengan Ariyadi," kata penyidik.

Apakah Ariyadi pria idaman lain (PIL) korban? Kasat Reskrim Polres Sidoarjo AKP Agung Pribadi belum bisa memastikan. Hanya saja berdasarkan kesaksian Sumiati, Ariyadi disebut berhubungan dekat dengan korban. Namun polisi belum memastikan jika pembunuhan itu bermotif asmara. "Yang jelas korban dibunuh," kata Agung, Rabu sore.

Terkait Ariyadi yang diajak olah TKP, Agung menyatakan karena polisi curiga setelah menemukan ponsel korban di rumah Sumiati dan itu diberikan Ariyadi setelah ponsel itu diambil dari ruang tamu, tempat Anik ditemukan tewas. Soal kabar adanya janin dalam perut korban, Agung menepis. Sebab hal itu belum ditemukan dalam otopsi korban.

Agung juga mengaku belum mengetahui isi SIM-Card ponsel korban. Sejak ditemukan, ponsel ini dibawa tim Polwiltabes Surabaya untuk diselidiki. "Kita belum menetapkan tersangka," katanya.

Suami korban, Bambang Pramono, mengaku tak terlalu mengenal Ariyadi. Dia hanya tahu Ariyadi menempati rumah nomor XX/07. Soal profesi Ariyadi, Bambang Pramono menyatakan tidak tahu.

Minta Dihukum Mati Jenasah Anik Alfiani telah dimakamkan di salah satu pemakaman umum di Kebonsari, Surabaya, Selasa (8/12) pagi. Saat Surya mendatangi rumah orangtua Anik di Jl Kebonsari Gg SD Inpres, Rabu (9/12), kedua orangtuanya berusaha tabah. "Cuma tidak ikhlas saja kenapa harus dengan cara dibunuh," ujar Sugiya, 60, ibu Anik, didampingi suaminya, Sholikun, 68.

Keduanya kemudian bergantian berkisah tentang firasat sebelum anak pertama dari tiga bersaudara itu meninggal. Sebulan sebelum kejadian, Sholikun mengaku bermimpi ada pasir menyembul di dapan pintu kamar depan, kamar yang dipakai Anik setiap pulang ke rumah orangtuanya. "Saya juga mimpi ada keranda lewat depan rumah saya, kemudian keranda itu terguling. Terus saya ambil, saya masukkan ke dalam rumah," ungkapnya.

Setelah mimpi dua kali itu, Solikhun merasa di pundak kanannya kedutan. Setelah diceritakan kepada Sugiya, ternyata istrinya itu juga bermimpi agak aneh. Dia mengaku mimpi ada air terus mengalir di depan rumahnya. Kemudian mata kanannya juga berkedut sejak sebulan terakhir. "Saya balik tanya ke bapaknya, apa ada keluarga kita yang meninggal," cerita Sugiya.

Sholikun lalu menimpali bahwa mungkin dia yang akan meninggal. Karena pada 28 November lalu dirinya sakit paru-paru dan harus berkali-kali berobat di RSAL. "Tak tahunya anak saya yang biasa kami panggil Cemplis ini yang meninggal," ujar Sholikun. Sholikun juga mengungkapkan tentang hubungan yang tak harmonis antara Bambang Pramono yang mereka panggil Monot, dengan Cemplis sejak tahun pertama pernikahan.

Menurut Sugiya, pernikahan Juli 1996 lalu itu sebenarnya kurang direstui karena saat itu Monot pengangguran, sementara Anik bekerja sebagai karyawan Alfa di Jl A Yani yang kini telah berubah menjadi Carefour.

Sepanjang 13 tahun pernikahan, Sugiya mengaku Anik sering mengalami penyiksaan batin maupun fisik. Anik pernah tiga kali hamil, tapi semuanya keguguran. "Keguguran karena dia tertekan dan kecapekan. Karena setelah tidak bekerja di Alfa, dia dan Monot buka usaha macam-macam tapi selalu gagal. Hingga Monot jadi wartawan di Malang, kemudian di Sidoarjo itu," ungkap Sholikun.

Terkait tewasnya Anik, pasutri itu meminta ada keadilan yang sepadan. "Cepat ketemu siapapun itu pembunuhnya, kemudian dihukum mati. Karena dia juga telah mematikan anak saya. Mati harus dibalas dengan mati," ujar Sugiya.

Tentang orang dekat, Sugiya dan Sholikun membenarkan anaknya itu punya teman lelaki yang dikenalkan Anik sebagai teman bisnis. Anik mengaku bersama Ariyadi membuka bisnis jual telur asin. "Katanya sepeda motor Honda Blade yang dia miliki juga sudah tiga hari dipinjam oleh temannya itu," kata Sugiya. st3/rie/surya