Bola mata kiri bayi pasangan Mohammad Noryudi-Reli Hartani keluar alias copot saat dirawat di Rumah Sakit Daerah (RSD) dr H Moh Anwar Sumenep, Madura. Orangtua si bayi pun melaporkan pihak RS ke Mapolres Sumenep. Hingga Senin (26/10), perkara itu masih ditangani polisi. Pihak polres akan memanggil pimpinan RSD dr H Moh Anwar untuk diperiksa.
Namun kepada wartawan pihak RS membantah tim medis rumah sakit telah membuat copot bola mata bayi Mohammad Noryudi-Reli Hartani yang baru berusia dua pekan tersebut. Menurut staf Bagian Humas dan Evaluasi RSD Moh Anwar Sumenep, dr Anugrah Rizka Rahadi, bola mata itu tidak dikeluarkan oleh tim medis melainkan keluar sendiri. "Karena bola matanya memang bermasalah, yakni kempes dan selanjutnya keluar sendiri," katanya, di Sumenep, Senin (26/10).
Sebelumnya, dua hari lalu, Sabtu (24/10), Mohammad Noryudi melaporkan tindakan tim medis RSD ke polisi, Dia menuduh tim medis telah mengeluarkan bola mata kiri bayinya tanpa sesuai prosedur dan tanpa pemberitahuan lebih dulu.
Dokter Anugrah Rizka Rahadi menjelaskan, bayi pasangan suami istri asal Desa Kertasada, Kalianget, Sumenep, itu lahir di RSD, Senin (12/10) dua pekan lalu. "Hingga Senin (26/10) ini bayi tersebut masih dirawat di RSD. Untuk persoalan bola mata kiri yang keluar itu," katanya.
Semula, bola mata kiri bayi tersebut memang bermasalah, yang ditandai dengan keluarnya cairan. "Tim medis kami sudah melakukan tindakan medis dengan cara memberikan obat pada bola mata bayi itu, dan semua tindakan medis yang kami lakukan dikoordinasikan dengan orang tuanya," jelas Rizka.
Kemudian, pada tanggal 22 Oktober, dari bola mata tersebut keluar nanah, selanjutnya kempes dan akhirnya keluar sendiri atau copot. "Karena kempes dan tidak ada penahannya lagi, secara otomatis bola mata kiri bayi tersebut keluar dengan sendirinya," tegas Rizka.
Menurutnya, bayi tersebut lahir secara normal -bukan melalui operasi caesar- di ruangan bersalin pada 12 Oktober. Bayi tersebut lahir prematur, karena usia kandungan hanya 29 pekan. "Ketika lahir, berat badannya 1,6 kilogram, tidak mengeluarkan tangisan, dan nafasnya kurang normal," tambah Rizka.
Keruh dan Berbau Selain itu, katanya, air ketuban yang keluar mengiringi lahirnya bayi tersebut berwarna keruh dan berbau. Hal ini memunculkan dugaan bahwa sang bayi terkena infeksi sejak berada dalam kandungan. "Secara umum kami memang menilai bayi itu lahir dengan kondisi kurang sehat. Itu sesuai catatan di tim medis kami," ungkapnya.
Rizka juga menjelaskan bahwa pihaknya telah melakukan klarifikasi kepada tiga tenaga kesehatan yang menangani bayi tersebut sejak awal. "Mohon maaf, kami tidak ingin membela diri. Silakan publik menilai sendiri. Namun kami tidak mungkin melakukan tindakan medis kepada bayi secara sembarangan dan tanpa melalui koordinasi dengan orang tuanya," tandas Rizka.
Secara terpisah, Kepala Satuan Reskrim Polres Sumenep, AKP Mualimin, mengatakan telah menerima laporan Mohammad Noryudi, Sabtu (24/10) lalu. "Guna menindaklanjuti laporan ini kami akan memanggil pimpinan dan tim medis RSD Sumenep yang menangani proses kelahiran bayi pelapor," katanya, Senin (26/10).
Sesuai surat panggilan yang telah dilayangkan polisi, pemeriksaan pimpinan dan tim medis RSD dijadwalkan pekan depan. Saat ini Mualimin dan anak buahnya masih mendalami hasil pemeriksaan pelapor.
Mengutip keterangan Mohammad Noryudi selaku pelapor, kondisi bayi tersebut sehat dan tidak mengalami gangguan kesehatan apa pun. "Pelapor menyatakan memantau dan mengecek kondisi bayinya secara rutin setiap hari sejak lahir pada 12 Oktober 2009, dan tidak ada masalah dengan bayinya," kata Mualimin.
Sampai kemudian, pada 22 Oktober, kata Mualimin, pelapor melihat mata kiri bayinya diperban, dan ketika ditanyakan kepada tim medis dijawab bola mata kiri bayi itu telah dikeluarkan dengan alasan infeksi. "Pelapor menyatakan tindakan tim medis RSD Sumenep mengeluarkan bola mata bayinya itu tanpa prosedur, yakni tidak memberitahukan lebih dulu pada pelapor," paparnya. Ant