"Kakiku Diamputasi Berkali-kali" (2)

By nova.id, Kamis, 22 Oktober 2009 | 03:09 WIB
Kakiku Diamputasi Berkali kali 2 (nova.id)

Kakiku Diamputasi Berkali kali 2 (nova.id)

"Pasca gempa, klip video Tira kembali diputas di Minang Teve (Foto: Repro) "

Ketika siuman lagi, pelan-pelan Papa menceritakan keadaanku. Katanya, kaki kananku sampai sebatas mata kaki sudah diamputasi untuk menyelamatkan jiwaku. Telapak kakiku nyaris putus karena tertimpa benda keras sedangkan kaki kiriku patah di atas pergelangan. Menurut dokter seperti disampaikan Papa, kaki kiriku masih bisa dipertahankan.

Begitu tahu kakiku sudah dipotong, aku langsung menjerit dan menangis tersedu-sedu. Kenapa peristiwa ini mesti terjadi pada diriku? Aku takut sekali. Bagaimana aku nanti mesti berjalan? Ya Allah, bagaimana aku menyongsong masa depanku?

Untunglah Papa senantiasa menghiburku. Papa dan Mama memintaku untuk sabar dan ikhlas. Mereka juga menyampaikan, peristiwa gempa mengakibatkan banyak korban meninggal. Teman-teman dan guru bimbel juga tak luput dari musibah. Masih banyak yang belum ditemukan di reruntuhan. Menurut Papa, sebagian besar korban meninggal dunia. Kata Papa, nasibku jauh lebih baik ketimbang mereka. Itu sebabnya, Papa memintaku menerima musibah ini.

Meski tampak tegar, aku tahu, Papa dan Mama juga terpukul dengan kejadian ini. Kuperhatikan, Papa dan Mama menangis. Mereka berusaha menahan isakan dan menahan perasaan yang berkecamuk di hatinya.

Saat kuperhatikan di sekelilingku, rupanya aku berada di lorong rumah sakit. Banyak orang panik. Ditambah lagi, malam itu Kota Padang diguyur hujan deras. Lampu penerangan pun mati. Pelan-pelan, aku berusaha tidur. Musibah ini membuatku sangat lelah.

Amputasi Lagi

Bencana gempa membuat semua orang di kotaku sedih. Termasuk keluarga besarku. Mereka semua menatapku dengan penuh iba. Akan tetapi, mereka tetap berusaha membuatku tenang. Hari itu, tim dokter dari Jakarta dan Medan turun tangan membantu penanggulangan bencana. Mereka juga memeriksaku dan mengatakan akan kembali mengoperasiku keesokan harinya.

Jumat (2/10) seperti yang sudah direncanakan, pukul 16.00 aku kembali ke ruang operasi lagi. Karena infeksi, ternyata kakiku harus kembali diamputasi. Kali ini sampai batas bawah lutut. Sedih sekali mendengarnya. Apalagi, hari berikutnya setelah pemeriksaan, kakiku kembali harus diamputasi sampai atas lutut. Ya, Tuhan!

Papa yang selalu mendampingku, terlihat amat gelisah. Kuperhatikan, dia sesungguhnya tidak siap menerima kenyataan ini. Puji syukur kepada Allah, atas dorongan anggota keluarga dan bantuan salah seorang dokter yang baik hati, keputusan demi keputusan dapat Papa dan Mama terima.

Akhirnya, Minggu pagi Papa berujar, aku harus diberangkatkan ke Jakarta. Katanya, setelah berdiskusi dengan Dr. Norman Zainal, ahli bedah tulang dari RSPP, aku disarankan dirawat di Jakarta. Akhirnya Senin (5/10), didampingi keluarga termasuk Papa, Mama, dan adikku, aku terbang ke Jakarta. Pesawat mendarat di Jakarta sekitar pukul 14.00.

Di bandara, ambulans dari RSPP telah menungguku. Aku langsung diterima di ruang gawat darurat dan mendapatkan tindakan medis. Aku berharap, kejadian yang menimpaku bisa memberikan pelajaran yang berarti dalam hidupku. Aku juga berharap bisa tegar menghadapi musibah ini dan kelak hidupku lebih berarti.

Hati orang tua mana yang tak nelangsa melihat kaki putrinya harus diamputasi. "Kami sedih sekali. Sebenarnya, sampai sekarang istri saya masih sangat syok tapi saya pesankan ke dia, jangan perlihatkan kesedihan di depan Tira," kata Anuar, ayah Tira. Sang ibu, Merry, memang begitu prihatin dengan kondisi Tira.